Daftar Review

Tampilkan postingan dengan label clara ng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label clara ng. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Oktober 2013

Tiga Venus - Clara Ng

Judul               : Tiga Venus
Pengarang      : Clara Ng
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal              : 296 halaman

Sinopsis :
What does it take to be a woman?

Tiga perempuan : Juli, Emily, Lies.
Tiga status : ibu rumah tangga, lajang, janda.
Tiga hari superburuk.
Tiga keinginan dalam hati.

Apa yang terjadi selanjutnya ketika alam semesta mengabulkan kehendak mereka, menukar jiwa di tubuh yang berbeda, Juli menjadi Lies, Lies menjadi Emily, dan Emily menjadi Juli?
Lucu, haru, dan feminin.
Dan di atas itu semua, pernahkah kau sungguh- sungguh ingin tahu bagaimana rasanya menjalani hidup orang lain?

Review :
Tiga wanita yang mengeluhkan kehidupan mereka dijawab oleh alam. Mereka tidak lagi menghadapi hidup mereka tetapi kehidupan mereka dalam tubuh yang lain.

Juli adalah ibu rumah tangga merangkap pengusaha catering dengan anak- anaknya yang masih kecil- kecil, mertua yang bawel, dan seolah belum  cukup ribetnya, ia malah hamil lagi.

Lies adalah guru SMA dengan masa lalu kelam, yang tengah menghadapi problema seorang murid. Murid kesayangannya, Kim, hamil dan tengah kritis di rumah sakit karena melakukan aborsi.

Hidup Emily tidak kalah pusingnya. Ia tidak berencana menikah dan selalu fokus pada pekerjaannya.

Kesibukan- kesibukan mereka membuat mereka untuk mensyukuri hidup hingga suatu hari jiwa mereka berganti tubuh. Juli terdampar dalam tubuh Lies, Lies dalam tubuh Emily, dan Emily dalam tubuh Juli. Celaka! Bagaimana hidup mereka selanjutnya?

Mau tidak mau mereka harus berusaha untuk menjalankan peran baru mereka sebaik mungkin.

Emily yang selalu anti terhadap lelaki kini tiba- tiba bersuami (suaminya Juli sih) dan harus mengurus masakan untuk rantangan yang jelas- jelas bukan keahliannya. Belum lagi anak- anak kembarnya yang menimbulkan masalah.

“Maretta tidak perlu dihukum sendirian. Si raksasa jelek itu juga patut dihukum karena dia melecehkan orang lain. Oke, aku mengerti Maretta memang bersalah karena dia menyelesaikan masalah dengan tendangannya. Anak itu harus diajar untuk menegakkan kepala tinggi- tinggi ketika dihina, menahan keinginan sekuat- kuatnya untuk menghajar anak lain, jangan memasukkan apapun ke dalam hati, dan melawan provokasi dengan pemikiran yang positif.” (Emily sebagai Juli di hal. 227)

“Bagiku agama tidaklah penting. Buat apa sok rajin ke gereja atau ibadah tapi perilakunya tetap tercela.” (Emily sebagai Juli di hal. 227)

Juli tidak kalah repotnya. Ia yang tidak berpengalaman sama sekali menjadi guru kini harus menangani masalah Kim dan memperjuangkan perlindungan bagi murid yang kedapatan hamil di luar nikah.

“Pendidikan harus selalu berbasis hati nurani. Sekolah dan keluarga adalah penjaga gawang utama atas nama cinta dan kemanusiaan. Jadi, jika murid melakukan kesalahan dalam hidupnya, sekolah seyogyanya tidak memunggungi siswa dan meninggalkannya seorang diri.” (Juli sebagai Lies di hal. 257)

“Aborsi adalah tindakan terakhir remaja kita yang menghadapi jalan buntu, kesepian, dan tanpa bimbingan.” (Juli sebagai Lies di hal. 257)

Lies yang hidup datar setiap hari, terjebak masa lalu kelam,  mengenakan pakaian gelap untuk mengajar, dan berkutat dengan setumpuk novel di rumahnya yang sederhana kini duduk di kantor, menjadi orang penting. Bayangkan!

“Karena sejak kita bertukar tubuh, aku merasa nggak mempunyai otak yang sama lagi. Kejadian ini membuat kecerdasanku menurun drastis.” (Lies sebagai Emily di hal. 161)

“Aku tadi mewawancarai Orien…” “Wawancaranya bukan sekadar wawancara menerima calon pegawai baru. Ini wawancara seperti para calon profesor mempertahankan tesisnya.” (Lies sebagai Emily di hal. 240-241)

Tindakan terbaik berdamai dengan masa lalu adalah menguburkannya dengan prosesi yang penuh penghormatan. (hal. 240)

Namun Tuhan selalu adil. Pergantian ini memberi hikmah tersendiri bagi mereka bertiga. Ada yang mereka pelajari dan masalah baru yang muncul perlahan mereka selesaikan. Mereka menjadi dekat satu dengan yang lainnya. Jika yang satu mengalami masalah, yang lain mencoba untuk memberikan solusi.

Berapa lama mereka harus bertukar tubuh? Selamanya? Ikuti kisah seru mereka dalam Tiga Venus.

Lagi- lagi konsep cerita Mbak Clara khas dan unik. Meski awalnya sempat dipusingkan dengan pergantian tubuh dan karakternya, saya menikmati cerita ini. Menikmati kejar- kejaran mereka dengan waktu dan masalah- masalah yang mereka hadapi. Juga deskripsi situasi dan kondisi yang tepat sehingga keruwetan itu terasa nyata membuat kisah ini lebih hidup.
Kisah Tiga Venus ini seru, menegangkan, dan juga kocak. Cocok dinikmati saat sedang santai. Bagi teman- teman yang belum membaca, novel ini bisa jadi rekomendasi di waktu luang teman- teman. Selamat membaca J

Minggu, 21 Oktober 2012

The (Un)Reality Show - Clara Ng



Judul                  : The (Un) Reality Show

Pengarang          : Clara Ng

Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal                  : 352 halaman



Sinopsis  :
Imagine having these people as roommates…

Ini adalah cerita tentang delapan orang biasa- biasa saja
(seperti yang disangka oleh tim kreatif televisi)

…dipilih secara acak…
(seperti yang disangka oleh produser televisi juga)

…tanpa audisi…

…untuk tinggal bersama di sebuah rumah untuk direkam,
kemudian ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia
sebagai  acara hiburan, meraup rating,
meningkatkan citra stasiun televisi

serta

keingintahuan untuk melihat apa yang terjadi
ketika orang- orang tersebut tidak bertingkah sesuai dengan skrip cerita
dan mulai bersikap berdasarkan realitas.

…as the reality not out exactly as it had been expected.

Karena pada akhirnya ini adalah…

THE (UN)REALITY SHOW

***

Novel ini menceritakan tentang delapan orang yang dipilih untuk tinggal bersama di sebuah rumah dan mengisi sebuah acara TV. Awalnya mereka yang ‘terpanggil’ merasa senang dengan tawaran ini. Namun setelah tinggal serumah, semua tidak semudah yang dipikirkan.
Empat pria dan tiga wanita dan seorang anak kecil.
Primus, pekerja kantoran di bidang marketing yang menginginkan kehidupan baru.
Feivel, seorang homoseksual yang terlilit utang sehingga setuju untuk mengisi acara TV ini.
Richard, mantan narapidana yang pendiam.
Jodi, anak muda yang membantu menjaga kios hp bapaknya, suka menggerutu.
Wendy, gadis berkacamata dengan masa lalu yang kelam.
Tara, anak kos yang hobi meramal dengan kartu tarot.
Meiying, ibu rumah tangga merangkap pebisnis di bidang properti, memiliki suami dan seorang anak.
dan..
Azuza, anak berusia sepuluh tahun yang tingkat kedewasaannya jauh melebihi anak seusianya.
Segala aktivitas mereka terekam oleh kamera, kecuali aktivitas di kamar tidur dan kamar mandi. Rating acara itu melesat bak roket. Mereka sudah terkenal sekarang. Masing- masing memiliki penggemarnya.
Namun mereka tidak bersantai di rumah itu. Ada tantangan yang diberikan oleh kru tiap minggunya. Setiap tantangan, suka atau tidak, tetap harus dilaksanakan. Apakah kedelapan tokoh mampu melewati minggu- minggu mereka di rumah itu?  
***

Selesai membaca novel ini, saya tidak tahu mau bilang, eh, tulis apa. Dari konsepnya unik, seperti biasa, khas Mbak Clara. Konsep yang jarang ditemui pada novel lain bisa ditemukan di novel karangan Mbak Clara.
Awalnya semua berjalan dengan biasa saja. Bahkan saya sempat beranggapan bahwa ini acara apa gitu. Sepertinya tidak ada yang bikin emosi pembaca ikut meledak- ledak. Isinya seputar dialog delapan orang yang diceritakan karena mereka disorot kamera.
Dan sebelum membaca novel ini, saya membaca review dari teman- teman bahwa ending novel ini sungguh unpredictable. Itu benar sekali. Jujur saja, saya sempat bingung dan ternganga saat memasuki bagian akhir cerita ini. Mungkin karena saya sudah terlalu banyak baca novel roman, dan mumpung saya ini agak susah mencerna kalau membaca yang agak berat (menurut saya), ya jadinya saya kurang ngerti bagian akhirnya. Tidak ringan lah menurut saya novel yang satu ini.

Namun setelah saya berkonsultasi pada Mas Google tentang *tittt (tidak boleh disebutkan agar teman- teman membaca sendiri), saya baru mendapat sedikit pencerahan. Ooohhh….ternyata begitu. Sekali lagi saya ternganga. Meski merasa ada yang masih sulit dicerna, tapi saya salut dengan penulis. Ide itu dituangkan secara brilian dengan para tokoh yang diset dalam sebuah acara. Dan, setelah membaca novel ini, ada hal baru yang saya ketahui. Bagi teman- teman penggemar karya Clara Ng dan penasaran, yuk coba novel yang satu ini. Selamat membaca :)

Minggu, 19 Februari 2012

Semangkuk Kehangatan Baru dalam Dimsum Terakhir




Judul buku       : Dimsum Terakhir
Pengarang       : Clara Ng
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal               : 365 halaman

Unik. Khas Clara Ng. Begitulah kesan saya. Novel yang satu ini pun demikian. Dimsum Terakhir merupakan sebuah kisah keluarga yang penuh haru dan konflik batin dalam pribadi keempat tokoh kembar yang dicipatakan oleh Mbak Clara.
Siska, Indah, Rosi, dan Novera. Boleh saja mereka kembar empat. Namun karakter dan jiwa mereka berbeda total. Masing- masing dari mereka hidup dalam problema yang terpendam selama hidup mereka.

Siska, wanita yang sukses meniti karir di Singapura dan memiliki prinsip untuk hidup dalam kebebasan. Baginya, pernikahan bukanlah sesuatu yang terpenting dalam hidupnya. Hubungannya dengan pria tidak pernah melangkah lebih jauh. Namun dibalik sikapnya yang terkesan angkuh dan cuek ini tersimpan pengertian dan sisi baik seorang wanita.
Indah, seorang penulis dan wartawan, lebih serius dalam menanggapi segala hal. Ia tinggal di Jakarta, satu kota dengan ayahnya, Nung Atasana. Indah juga lah yang anak pertama yang menemani ayahnya yang terkena stroke di rumah sakit.
Rosi (alias Roni), seorang petani mawar yang tinggal di Puncak, menyimpan sejuta rahasia. Ia terlahir dengan jiwa lelaki yang terperangkap dalam tubuh wanita. Namun ia memilih menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya dan memilih memasang topeng kebohongan.
Novera, guru TK di Yogyakarta yang terbebani dengan hidupnya sebagai wanita yang tidak sempurna. Kekurangan Novera membuatnya selalu minder apabila berada di dekat lelaki dan ia ingin mengabdikan dirinya untuk hidup melayani Tuhan sebagai biarawati.
Empat bersaudara ini yang awalnya tidak kompak dan bercerai berai dengan terpaksa harus berkumpul kembali demi merawat Ayah mereka yang terserang stroke. Masa ini menjadi titik balik dalam kehidupan mereka yang awalnya serba kusut itu. Melalui momen inilah persoalan demi persoalan yang menghimpit mereka mulai terungkap.

Dalam novel ini juga kita akan dibawa menjelajahi tradisi, budaya, dan persoalan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat etnis Tionghua di Indonesia (dalam kisah ini di daerah pecinan di daerah Kota, Jakarta), berhubung tokoh utamanya, keluarga Atasana, ialah keturunan Tionghua. Serentetan kejadian masa lalu turut hadir melengkapi perjalanan kisah keluarga Nung.
Melalui perkumpulan kembali ini juga, keempat saudara ini menjadi lebih saling membuka diri terhadap sesama di antara mereka. Hubungan persaudaraan mereka menjadi lebih erat. Bersama- sama, mereka merawat Ayah mereka, saling berbagi kehangatan, dan memecahkan persoalan demi persoalan yang menghantui hidup mereka.


Sinopsis di belakang buku
Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan berbeda. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui. Dan satu usia biologis yang terus berdetik.
Siska, Indah, Rosi, dan Novera terpaksa harus pulang untuk mendampingi Ayah yang diprediksi tidak punya harapan hidup lagi. Mereka tak pernah menyangka bahwa kesempatan berkumpul kembali ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan- pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk ketakutan, kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah sekadar garis tipis.
Dimsum Terakhir adalah drama penuh haru, memikat, cerdas, dan dituturkan dengan amat indah oleh novelis bestseller Indonesia, Clara Ng. kisah yang ditulis modis dengan gaya lembut tapi kuat ini menyuarakan keberanian serta kekuatan yang (selalu) ada di hati kita semua.

Rabu, 11 Januari 2012

Uttuki : Perjuangan Cinta Sepanjang Masa



Judul buku      : Utukki – Sayap Para Dewa
Pengarang       : Clara Ng
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal               : 402 halaman
Selamat tahun baru yang telat. He he. Mengawali bacaan awal tahun, saya menyelesaikan sebuah novel berbau mitologi Yunani berjudul Utukki. Lagi- lagi Mbak Clara berhasil menelurkan karya- karyanya yang ‘wah’ menurut saya. Kisah yang terlihat bakalan membosankan ini ternyata bukan berisikan sejarah melulu. Kisah ini kisah percintaan antara Makhluk-Dunia- Atas dengan manusia biasa. Dan seperti karya yang lain, kisah ini juga mudah untuk diikuti. Tidak ribet. Kebetulan novel Utukki ini saya dapatkan waktu ikutan klinik penulisan fiksi Mbak Clara November lalu. Plus dapat tandatangan Mbak Clara juga (terima kasih buat Mbak yang sudah berbagi cerita dan juga penerbit yang mengadakan acara J ).

Cerita ini mengisahkan percintaan Thomas dan Celia, murid SMA, yang (sebenarnya) sudah terjalin sejak tujuh ribu tahun yang lalu, kisah cinta antara Enka dan Nannia. Enka hanyalah seorang manusia biasa sedangkan Nannia merupakan anak dari pasangan Dewa Anu dan Dewi Antu. Nannia merupakan anak terakhir (anak kedelapan) dari Utukki bersaudara sekaligus anak yang paling cantik. Ketujuh saudaranya memiliki wajah yang buruk rupa seperti monster dan disegel oleh ayah mereka, Dewa Anu. Kisah cinta Nannia dan Enka banyak mendapat cobaan. Namun kekuatan cinta membuat mereka tidak berhenti berjuang. hingga tujuh ribu tahun kemudian ketika mereka sudah berubah wujud pun rasa cinta itu tidak pernah hilang.
Cerita ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama setelah prolog dan bagian kedua.

Pada bagian prolog, kita tidak akan menemukan dewa maupun dewi- dewi yang sedang berdialog di atas langit. Cerita dimulai dengan perkenalan dua tokoh yang muncul di setiap jeda cerita, Adam dan Naeva, namun akan dikaitkan (sedikit) dengan tokoh utama pada akhir kisah nanti. Adam mengambil jurusan sejarah sedangkan Naeva mengambil jurusan jurnalistik. Adam sangat menyukai cerita mitologi. Di setiap kesempatan yang ada, ia akan menceritakan sedikit- sedikit mengenai legenda Bangsa Mesopotamia yang dianggap Naeva sebagai ‘kuliah gratis’.
Bagian pertama.
Cerita dimulai dengan perkenalan Thomas dengan Celia. Thomas yang malu- malu dan Celia yang agak agresif. Juga diceritakan bagaimana Antu melepaskan ketujuh anaknya. Awalnya saya tidak tahu mengapa ada acara teriak- teriakan antara ibu dan ketujuh anak itu. Namun  setelah membaca kelanjutannya, baru deh. Ada hubungan yang erat ternyata.
Pertemuan Thomas dan Celia sangat singkat. Keduanya segera berpisah. Thomas kehilangan Celia. Celia terangkat menuju langit. Tinggal di kerajaan Dewi Ishtar. Rasa perih memenuhi hati kedua insan yang saling mencintai. Perlahan mereka mulai mengetahui bahwa kenangan masa lalu membelit mereka. Keduanya terlahir kembali dengan jenis kelamin yang berbeda. Perjuangan cinta berlanjut. Jika Thomas dan Celia berhasil membuktikan bahwa mereka saling mencintai dan dapat melalui rintangan- rintangan yang mereka jalani maka keduanya dapat bersatu. Jika tidak maka keduanya harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka harus berpisah. Waktu yang diberikan sepuluh tahun. Selama itu pula lah Thomas harus selalu mengingat Celia meski mereka tidak pernah bertemu.
Ini bukan perjuangan dua makhluk. Ini cinta segitiga. Ishtar, Dewi Cinta, Kesuburan, dan Perang, mencintai Enka. Karena cintanya yang begitu besar, Dewa Anu membantunya dengan mengubahnya menjadi makhluk mortal. Namun Enka mencintai Nannia dan bahkan tidak menyadari kehadiran Ishtar. Cinta Ishtar bertepuk sebelah tangan. Ia akhirnya menikah dengan pria lain dan melahirkan seorang anak perempuan. Namun pada akhirnya ia harus kembali ke langit dan meninggalkan anaknya. Cinta Ishtar kepada Enka tidak pernah surut. Ia masih tetap berusaha untuk mendapatkan Enka. Hingga sekarang. Ia berusaha memisahkan Thomas dan Celia. Kali ini dibantu oleh Dewi Antu yang menentang mati- matian hubungan putrinya dengan manusia biasa itu.
Bagian kedua.
Tujuh tahun berlalu. Ketika Thomas kembali ke Indonesia, semua orang telah melupakan Celia. Tidak ada yang bernama Celia. Hanya Thomas yang masih mengingat gadis itu. Celia yang tinggal di dunia dewa- dewi masih setia pada cintanya. Dewa Ea, Dewa Air dan Kebijaksanaan, menjadi sahabat Celia yang membantu Celia untuk keluar dari kerajaan Ishtar. Ia jugalah yang mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Thomas.
Kisah ini terasa semakin seru ketika perjuangan sudah mencapai puncak. Bagaimana Celia menghadapi monster Utukki. Setelah Dewa Ea tidak beserta dengan Celia lagi, muncullah Marduk. Ia anak Dewa Ea. Jenaka dan gaul. Marduk lah yang mengajari Celia dan membekali Celia melawan Utukki. Thomas di bumi juga tidak gampang. Ia berperang melawan Antu. Ishtar yang semula berniat menghancurkan Thomas, akhirnya mengerti arti cinta yang sesungguhnya dan berusaha mempersatukan Celia dan Thomas.


Apakah perjuangan Celia dan Thomas akan berbuah manis? Bagaimana akhir dari semuanya? Pada akhirnya...... (baca sendiri ya..he he..)
Semuanya saling berhubungan. Salut untuk Mbak Clara yang begitu lihai menghubungkan dan menggabungkan segalanya. Selalu terlihat alami. Dewa bisa lucu- lucuan dan terlihat sedikit humanis di dalam cerita ini. Marduk versi Mbak Clara adalah Marduk yang gaul dan gokil. Saya paling suka dengan Dewa Ea yang baiknya itu loh. Sedihnya waktu melihat ia harus pergi. Namun kepergiannya tidak sia- sia. Seperti pahlawan yang gugur di medan perang.

Meski ada yang terasa ganjil untuk diterima akal, tapi ya..itulah. Semuanya bisa terjadi. 

Ada beberapa kalimat yang saya suka.
<Cinta,> bisik Antu sekali lagi, <adalah mata rantai yang terkuat> - halaman 81

Cinta adalah hal terlemah yang dimiliki manusia. Yang dapat membuat manusia menerita.yang dapat mengakibatkan perang berkepanjangan. Yang dapat membuat manusia rela melihat neraka.
Tapi seperti pedang yang mempunyai dua sisi,cinta juga dapat menguatkan. – halaman 82

Novel ini saya rekomendasikan bagi teman- teman yang suka membaca novel. Semoga bermanfaat dan selamat membaca.


Yang ada di  belakang buku
I am one wing and you are equally the other 

Cerita ini dimulai tujuh ribu tahun lalu. Ketika manusia mendongak ke langit dan menatap bintang gemintang. Terpesona. Lalu bertanya, “Apakah hidup? Apakah cinta?”

Tujuh ribu tahun yang lalu, di lembah subur Mesopotamia, manusia mencapai peradabannya yang pertama. Mereka membangun kota, menciptakan kepercayaan dan agama, menemukan tulisan, membangun irigasi, menggunakan roda, dan mendongengkan mitos pada setiap keturunan anak manusia.

Tujuh ribu tahun yang lalu, bangsa Mesopotamia Kuno bercerita tentang delapan monster, seorang pendeta lelaki, dan dewa-dewi, yang karena satu dan lain hal harus menentukan jalan hidupnya dan menggenapi nasibnya.

Cerita ini bukan mitos. 

Bukan juga dongeng, fantasi, atau sekadar obrolan minum kopi. 
Cerita ini adalah cerita abadi sepanjang zaman. 

Sebuah epos tentang perjuangan, cinta, dan keyakinan, yang telah hidup lebih dari tujuh ribu tahun.



Dari Mesopotamia, tahun 5000 Sebelum Masehi.
Sampai Jakarta, tahun 2000 Sesudah Masehi.

Rabu, 14 September 2011

Gerhana Kembar, Antara Cinta dan Pengorbanan


Sharing dulu ya..
Setelah berkali- kali tertunda, novel karangan Clara Ng ini terbeli juga minggu lalu. Pertama kali tertarik dengan sampulnya yang gimana gitu. Lalu setelah surfing dan mencari tahu, rupanya novel dewasa ini menceritakan tentang kisah cinta antara dua perempuan (sinopsisnya bisa dilihat di bawah). Novel terbitan Gramedia yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas ini merupakan novel karya mbak Clara yang saya baca untuk pertama kalinya. Dan ternyata saya tidak salah membeli novel. Meski review dari saya kali ini tidak begitu menarik (hanya berusaha), namun novel ini boleh menjadi pilihan ketika berbelanja buku. 

Cerita di dalam cerita
Cerita ini dibuka dengan pertemuan pertama antara Fola dengan Henrietta. Ternyata kisah mereka merupakan potongan naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy di lemari omanya. Naskah itulah yang membawa Lendy pada kenyataan hidup masa lalu oma dan ibunya. Yakin bahwa ini merupakan kisah nyata kehidupan omanya, Lendy berusaha untuk memastikannya. Ternyata benar. Omanya seorang lesbian dan Lendy merupakan anak yang lahir diluar pernikahan.
Tidak ada yang bersalah. Cinta datang begitu saja. Fola begitu mencintai Henrietta dan Henrietta begitu mencintai Fola. Itu saja. Membaca naskah tersebut membuat Lendy tahu bagaimana dan seperti apa pengorbanan yang telah omanya berikan untuk orang disekitarnya termasuk mengorbankan cintanya sendiri. Juga ibunya. Omanya mengorbankan cintanya demi putri semata wayang yang sangat dicintainya. Begitu pula dengan Eliza, ibu Lendy, yang sangat menyayangi dan mengasihi putri tunggalnya itu.
Lendy bertekad untuk menemukan kembali belahan jiwa sang oma yang telah terpisah sekian lamanya dari sisi oma. Apakah keinginan terdalam sang oma dapat terwujud? Apakah oma sempat merasakan kebahagiaan seperti yang diharapkan dan direncakannya bersama kekasihnya dulu?

Sedikit komen dari saya..
Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini cukup membuai namun tidak berat. Bagi yang berminat untuk membaca novel ini tidak usah khawatir tidak mengerti karena pengarang sangat lincah dalam merangkai kata- kata. Ditambah lagi gaya penulisan yang hampir setiap katanya telah menggunakan ejaan yang telah disempurnakan tampaknya sangat diperhatikan penulis. Ceritanya juga ditulis dengan sangat rapi sehingga tidak bertubrukan.
Satu pernyataan yang diucapkan oleh Henrietta yang berkesan bagi saya :
Berbahagialah mereka yang dapat bersama- sama dengan mudah, dilandasi cinta. Jangan tukarkan hal itu dengan yang lain. Itu sebentuk kemewahan terbesar yang diberikan Tuhan.
Membaca novel ini tidak akan membuat kita merasa aneh. Malahan kita akan menjadi tahu bahwa cinta itu memang tidak dapat dipaksakan. Dan keluarga tetaplah menjadi prioritas utama meskipun kepentingan sendiri harus dikorbankan. Secara keseluruhan buku ini sangat menarik untuk dibaca. 

Yang ada di belakang sampul....
Lendy, editor buku yang bekerja pada perusahaan penerbitan, terkejut ketika tanpa sengaja menemukan naskah tua dan potongan- potongan surat di dalam lemari baju neneknya. Neneknya sendiri sedang dalam keadaan sekarat di rumah sakit akibat kanker yang dideritanya. Bagaikan masuk ke dunia yang dulu terkunci rapat, Lendy tenggelam dalam kisah pada naskah itu. Semakin dalam dia membaca, Lendy semakin yakin cerita itu adalah kisah nyata. Kisah yang mati- matian disembunyikan  oleh neneknya. Kisah yang membelit masa lalu neneknya dan menjadi sejarah kehadiran dirinya di dunia. Bersama kisah itu, Lendy menapak tilas kembali kehidupan serta hubungannya dengan Ibunya: mencoba jujur terhadap diri sendiri, berani memaafkan, dan berdamai dengan masa lalu.
Kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah tentang keluarga, kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. 
Kisah cinta yang tak pernah kehilangan makna walau diberikan di antara dua perempuan.