Pengarang :
Orizuka
Penerbit :
Authorized Books
Tebal : 240 halaman
Sinopsis :
Masa SMA.
Masa yang selalu disebut sebagai masa paling indah,
tapi tidak bagi anak- anak SMA Budi Bangsa.
SMA Budi Bangsa adalah sebuah SMA di pinggiran
ibukota, yang terkenal dengan sebutan SMA pembuangan sampah karena segala jenis
sampah masyarakat ada di sana.
Preman. Pengacau. Pembangkang. Pembuli. Pelacur.
Masuk dan pulang sekolah sesuka hati. Guru- guru
honorer jarang masuk dan memilih mengajar di tempat lain. angka drop out jauh lebih besar daripada yang lulus.
Sekilas, tidak ada masa depan bagi anak- anak SMA
Budi Bangsa, bahkan jika mereka menginginkannya.
Masa SMA bagi mereka hanyalah sebuah masa suram yang
harus segera dilewati.
Supaya mereka dapat keluar dari status ‘remaja’ dan
menjadi ‘dewasa’. Supaya tak ada lagi orang dewasa yang bisa mengatur mereka.
Supaya mereka akhirnya bisa didengarkan.
Ini, adalah cerita mereka.
Review :
Sesuai dengan judulnya, novel ini memuat
beragam kisah murid- murid – khususnya
murid kelas dua belas – SMA Budi Bangsa. Ada Nino, Yasmine, Ferris, Mei, Sisca,
dan teman- teman lain yang menyimpan kisah pilu masing- masing.
Ferris sebagai ketua kelas merangkap ketua
OSIS selalu berupaya untuk menolong teman- teman sekelasnya dan berharap mereka
bisa lulus UN. Ini tentu saja merupakan hal mustahil mengingat teman- teman
sekelasnya yang tidak pernah mau belajar. Bahkan guru- guru pun takut pada Nino,
bos mereka.
Saat Yasmine pindah ke Indonesia dan masuk ke
SMA Budi Bangsa, ia begitu kaget. Mengapa Ayahnya menyekolahkannya di sekolah
seperti itu secara Ayahnya sanggup untuk membiayai pendidikannya? Ternyata supirnya
salah mendaftarkan Yasmine. Jadilah Yasmine memulai harinya di sekolah aneh
itu.
Banyak kejadian- kejadian tidak biasa yang
Yasmine temukan di sekolah itu. Ia yang awalnya dibuli, ia yang polos kemudian
berubah menjadi gadis yang perhatian. Ia yang kemudian berjuang bersama teman-
temannya.
Yah, sekolah ini memang ajaib. Anak- anak
menjadi rajin dan bersemangat untuk lulus UN. Ferris yang sangat mengharapkan
hal ini terjadi, senang luar biasa. Ia pun tak kalah bersemangat. Kini teman-
temannya punya harapan baru. Kini teman- temannya tidak terjerumus lagi ke
jalan yang sesat.
Namun satu yang masih menjadi beban pikiran
Ferris, hubungannya dengan Nino. Ferris yang adalah anak orang kaya tidak
secara kebetulan bersekolah di SMA Budi Bangsa. Ia pindah ke SMA itu setelah
mengetahui Nino bersekolah di sana. Sayangnya, kepindahannya ke SMA Budi Bangsa
tidak mengubah keadaan.
Tidak ada yang selalu berjalan mulus. Saat hampir
mencapai tujuan mereka, badai menerjang. Kali ini, sanggupkah mereka bertahan
dan berhasil? Apakah hubungan persahabatan Nino dan Ferris yang sudah retak itu
masih bisa diperbaiki? Ikuti kisah- kisah menyentuh mereka dalam Our Story.
$
Mbak Ori adalah ratunya teenlit versi saya. Saya selalu suka membaca novel remaja karangan
Mbak Ori. Our Story ini sukses membuat emosi saya teraduk- aduk saat
membacanya. Ceritanya dirangkai dengan pas, tidak berlebihan, dan tidak
memaksa.
Di dalam novel ini juga terselip pesan moral
yang kembali mengingatkan kita betapa berharganya waktu dan perbuatan yang
telah kita lakukan serta semangat berjuang yang dapat kita lihat dari teman-
teman di SMA Budi Bangsa. Juga, jangan menyerah karena harapan itu selalu ada. Berani
bermimpi walau kita belum tahu apakah mimpi itu akan terwujud atau tidak.
Secara keseluruhan, ceritanya menyentuh
dansarat makna. Suka sekali. Saya langsung memberi empat bintang setelah
selesai membaca novel ini. Kekurangannya hanya di typo-nya. Selebihnya oke. Sebagai penutup review ini, saya bagikan kutipan kesukaan saya :
“Balas
dendam itu nggak akan menyelesaikan masalah, No. Balas dendam itu cuma akan
menimbulkan dendam baru yang nggak akan ada habisnya.” – Yasmine (hal. 194)