Daftar Review

Rabu, 20 Maret 2013

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa - Prisca Primasari




Judul               : Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa
Pengarang      : Prisca Primasari
Penerbit          : Gagasmedia
Tebal              : 292 halaman
Vinter
Seperti udara di musim dingin, kau begitu gelap, muram, dan sedih. Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang berdansa diembus angin….
Florence
Layaknya cuaca pada musim semi, kau begitu terang, cerah, dan bahagia. Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris yang terlambat berseri….
Review :
Kaki Florence terus membawanya sejauh yang ia bisa. Ia tengah kabur dari acara perjodohan oleh kedua orangtuanya. Florence tidak setuju. Jadilah ia duduk di kereta menuju Honfleur. Seakan ikut mengejeknya, tas yang ia bawa serta dalam perjalanan, ikutan rusak. Barang- barangnya terpaksa ia tampung dengan kedua tangannya.
Saat berada di kereta, seorang pria yang tampak gusar meminta izin Florence agar dapat duduk di sana, bersama wanita itu. Florence tentu mengizinkannya. Ia jadi punya teman perjalanan. Dilihatnya pria itu membawa sebuah tas yang ternyata adalah hadiah dari pria itu untuk –mungkin- kekasihnya. Mengetahui keadaan Florence, pria itu memberikan tasnya untuk Florence. Florence sangat berterima kasih.

Aku hanya berpikir dia berbeda dengan semua orang yang pernah kau kenal.
Dia memang penyendiri, tapi aku bisa merasakan kebaikannya.
Dia agak kelam, kau ceria. Kupikir kau bisa melengkapinya.
Aku semakin yakin dia adalah orang yang tepat untukmu, ketika aku sadar bahwa aku tidak hanya memikirkan kebahagiaanmu. Tapi, juga kebahagiaannya--Hal . 232

Vinter, nama pria itu, tengah bermasalah dengan kelompok seniman yang tiba- tiba membatalkan acara mereka untuk tampil di kediaman teman Vinter. Padahal acaranya hari ini. Sebagai balas budi atas kebaikan Vinter, Florence membantu pria yang sedang gelisah itu. Ia yang akan menggantikan kelompok seniman itu. Awalnya Vinter ragu, tetapi Florence meyakinkannya bahwa ia mampu, secara Florence adalah guru les biola dan ia jago dalam bidang kesenian.
]
Hasilnya sungguh mengagumkan. Florence sangat lihai, membacakan puisi, bernyanyi, memainkan piano. Semuanya ia lakukan sendiri. Baik Zina, teman Vinter, para pelayannya, dan Vinter, terkagum- kagum atas pertunjukan yang ditampilkan Florence. Namun Zima tidak menunjukkannya. Hingga saat Florence meminta waktu untuk mempersiapkan drama, Zima menolaknya. Ia tidak suka seperti itu. Ia pun mengusir Florence. Bahkan ia tidak membayar Florence sepeser pun.
Usai pertunjukkan itu, Florence sudah bebas dari tugasnya. Vinter berterimakasih pada wanita itu dan mereka akan menjalani kehidupan masing- masing seperti semula. Namun Florence merasa aneh. Ia belum siap untuk kehilangan pria itu. Maka, dengan segala upaya, Florence kembali mencari Vinter. Meski harus berhadapan langsung dengan Zima yang galak dan sudah pasti tidak menyukainya.

“Bagaimana aku bisa hidup?” Zima terkikik. “Dengan memberi,” jawabnya kemudian. Zima di hal. 276.
Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri, Zima di hal. 277

Mereka kembali menghabiskan waktu bersama. Perlahan, Florence mulai mengenal siapa Vinter sebenarnya. Mengapa Vinter selalu terkesan menutup diri, mengapa kesepian selalu menjadi teman baiknya, dan berbagai jawaban atas ‘mengapa- mengapa’ yang lainnya. Semakin mengenal Vinter, Florence semakin tidak dapat melepaskan pria itu.

Dia membutuhkan seseorang untuk membuat dirinya cerah. Dan tegar.
Dan aku merasa bisa melakukannya….
Walaupun aku sendiri juga sangat rapuh. Tetapi tidak lebih gelap dibandingkan dirinya…. Florence di hal. 210

Saat kembali ke Paris, wanita itu menjadi tidak bersemangat. Jiwanya hilang setengah. Ketika kesempatan itu tiba, saat Vinter mengadakan pameran di Paris, akankah takdir mempertemukan mereka?
Perasaan yang muncul ketika karyamu dikagumi orang, sungguh tak tergambarkan.
Setelah selesai membaca Paris : Aline (klik judul untuk melihat reviewnya), saya langsung membaca novel Mbak Prisca yang satu ini. Dan saya tidak kecewa, malah sangat menyukai novel ini. Novel dengan setting Paris (lagi) dan Honfleur berhasil memunculkan kesan yang berbeda dari novel- novel pengarang lokal lainnya. Seperti novel sebelumnya, Mbak Prisca menuliskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Suasananya memunculkan kesan klasik tapi tidak bikin bosan, saya suka sekali. Banyak istilah seni yang muncul dalam novel ini, jenis musik dan lukisan. Penulis tampak menguasai sekali semua detil seninya. Saya sempat berpikir kalau kisah mereka ini terjadi sudah lama sekali. Saat kata ‘ponsel’ muncul dalam kalimat, baru deh saya ngeh.
Ceritanya mengalir begitu saja, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Takarannya pas. Bahkan setelah novel ini selesai saya baca berminggu- minggu yang lalu, saya masih dapat membayangkan potongan- potongan kisah Vinter- Florence saat saya menuliskan nama mereka. Uniknya juga, kisah hidup Vinter sebelum bertemu Florence dibahas setelah cerita berakhir. Jadi, bagi pembaca yang sudah terlanjur  jatuh cinta sama Vinter bisa mengetahui tentang dia di bagian paling akhir.


Sungguh novel yang bagus. Romantis dan quote-quotenya juga oke, bikin melting lagi. Recommended deh bagi pecinta novel roman.

Minggu, 03 Maret 2013

Paris: Aline by Prisca Primasari


Paris: Aline
Prisca Primasari
Gagas Media
214 halaman
Review :
Aline, mahasiswi jurusan sejarah di salah satu universitas di Paris asal Indonesia, sedang menyusuri Jardin du Luxembourg karena patah hati melihat cowok yang ditaksirnya jadian sama rekan kerjanya sendiri. Saat itu ia menemukan pecahan porselen yang dikumpulkan oleh petugas kebersihan disana. Mau tak mau Aline mengambil porselen itu karena petugas kebersihan itu langsung pergi setelah ia menyarankan Aline untuk membawa pecahan porselen itu.

Untuk melupakan cowok yang membuatnya patah hati, Aline menyusun pecahan- pecahan porselen itu. Ada sebuah nama di porselen itu yang menarik. Aeolus Sena. Aline kembali lagi membayangkan seperti apa Aeolus Sena itu. Penasaran. Pecahan- pecahan itu pun ia bawa pulang ke apartemennya.

Dan pencarian dimulai. Aline berhasil menemukan nama pria itu di Twitter. Ada emailnya. Aline mencoba untuk menghubunginya via Twitter, mengabarinya bahwa porselen Sena sedang bersama Aline. Ternyata email pria itu masih aktif. Ia membalas dan meminta Aline untuk mengantarkan porselen itu ke Place de la Bastille. Pukul dua belas tengah malam pula. Sungguh pria yang aneh.

Meski demikian, Aline menerimanya. Maka disanalah Aline. Menunggu seorang diri. Namun yang ditunggu tidak datang. Aline kesal setengah mati. Parahnya, pria itu meminta agar Aline datang lagi ke tempat yang sama dan waktu yang sama. Grrr…. Lagi- lagi Sena tidak datang. Untungnya ada Kak Ezra, tetangga sekaligus kakak kelas Aline, ikut bersamanya.

Kali ketiga, merepotkan Kak Ezra lagi, barulah pria bernama Aeolus Sena itu muncul. Sebagai tanda terima kasih, Sena akan mengabulkan tiga permintaan Aline. Jadilah Aline mengikuti Sena. Ia juga mengajak Aline ke tempat- tempat yang yah..boleh dibilang nyeremin. Tapi Aline toh ikut saja. Berkeliling bersama pria yang terlihat sangat antusias itu.
Pria itu selalu tampak ceria, bersemangat, dan terkesan berlebihan menanggapi segala sesuatu di sekitar mereka.  Padahal ia tinggal di sana lebih lama daripada Aline, tapi katanya baru sempat mengunjungi tempat- tempat bersejarah bersama Aline. Sungguh aneh.

Namun Aline mulai menyukai petualangan barunya bersama Sena. Hingga suatu hari Sena menghilang dari kehidupan Aline. Awalnya ALine mengingkari perasaannya, namun kini ia mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada Sena.
Aku berusaha berpikir ada tali halus yang menghubungkanku dengan Sena sehingga kemanapun dia melangkah, aku akan mengikutinya- hal. 125

Saat hendak mencari informasi mengenai Sena, sms dari pria itu datang, meminta Aline untuk menunggu pria itu di depan apartemen Aline. Sejak itulah, perlahan kepingan puzzle yang berserakan dalam pikiran Aline mulai tersusun satu per satu. Dengan usaha yang keras, Aline melengkapi kepingan puzzle itu menjadi gambaran yang utuh.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Sena? Akankah Aline patah hati lagi seperti saat ia bekerja di Bistro Lombok? Ikuti kisah manis  *juga sedikit misterius yang bikin penasaran* dalam Paris : Aline.


Ini kali pertama saya membaca novel karangan Prisca Primasari. Saya sudah tertarik saat melihat novel ketiganya (kalau tidak salah ya) yang berjudul Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa terpampang di rak toko buku. Namun baru kali ini terbeli. Jadinya beli bareng novel terbarunya, Paris: Aline. Dan menurut saya…..

Great! Ceritanya oke. Di bagian awal hingga sebelum pertengahan, bukan datar sih..bagus, hanya saja lebih greget pas masuk ke bagian pertengahan cerita. Apalagi menjelang akhir, rasa penasaran pembaca akhirnya terungkap. Mengapa Sena ngajakin ketemuan tengah malam, mengapa pria itu selalu mengalihkan pembicaraan saat Aline menanyakan perihal porselen itu, dan sebagainya. Segalanya menjadi jelas.

Dari sinilah saya mengganggap Sena itu pria yang cerdas. Meski agak berlebihan , saya suka karakternya karena ia pria yang ceria dan semua yang dikatakannya masuk akal walau terkadang menyakitkan. Suka juga dengan karakternya Kak Ezra yang mencintai dengan tulus. Aline adalah wanita yang beruntung namun ia tidak menyadarinya dan cenderung minder.

Gaya penulisan Mbak Prisca membuat saya ingin terus membaca hingga ke bagian paling akhir dari kisah cinta Aline- Sena. Novel ini selesai saya lahap dalam dua kali buka buku. Nggak biasanya secepat ini.

Novel ini juga banyak memberikan pengetahuan baru seputar lokasi di Paris dan kata- kata dalam bahasa Prancis. Gambar di atas ialah Jardin du Luxembourg, tempat Aline menemukan pecahan porselen milik Aeolus Sena (sumber gambar di sini ). Sayangnya ada beberapa yang tidak saya ketahui artinya karena tidak disertai dengan catatan kaki di bawahnya. Tapi hal itu tidak menjadi masalah besar.


Banyak yang bilang covernya bagus, tapi pas lihat, saya sempat nggak yakin kalau ini terbitan Gagas *minta dijitak*. Rupanya ada kejutan menanti dibalik covernya. Sebuah kartu pos bergambar Menara Eiffel. Novel ini saya rekomendasikan bagi teman- teman yang suka novel roman dengan sentuhan yang unik dan segar. Dua kata untuk Paris: Aline, très bien (sangat baik) !

Happy Birthday RITM


Halo teman- teman…

Ada yang lagi punya novel idaman tapi belum terbeli kah? Kali ini, Mbak Nana, pemilik blog Reading in The Morning (selanjutnya saya sebut RITM saja) mengadakan giveaway dalam rangka ulang tahun blognya yang pertama. Ada giveaway pasti ada hadiah donk. Hadiahnya apa ya?

Yang menarik disini, hadiahnya bebas kamu pilih, sebuah buku atau novel dengan harga maksimal Rp 100.000,-  atau USD 10 jika kamu berbelanja di toko buku online internasional. Seru kan? Ada beberapa sumber toko buku online yang bisa dipilih, antara lain : Bukukita.com , The Book Depository, dan Better World Books.

So, buat teman- teman yang tertarik, yuk gabung. Tidak harus blogger buku, yang penting punya identitas dan isi Rafflecopter nya di sini ya. Giveaway ini berlangsung hingga 12 Maret 2013. Buruan yuk J