Daftar Review

Tampilkan postingan dengan label non fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label non fiksi. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Januari 2017

The Ho[s]tel - Ariy dan Sony

Judul               : The Ho[s]tel
Pengarang       : Ariy dan Sony
Penerbit           : B First
Tebal               : 190 halaman

Sinopsis :
Petualangan menarik  ternyata tidak hanya bisa kita dapat dari sebuah perjalanan, melainkan juga dari tempat kita istirahat & melepas lelah. Ariy, seorang travel writer dan Sony, akademisi penikmati traveling membuktikannya.
Berbagai kejadian “tak biasa” kerap menghampiri mereka ketika menginap di hotel maupun hostel. Hingga akhirnya mereka percaya setiap pintu penginapan adalah gerbang untuk memasuki pengalaman yang tidak terduga.
Yuk, buka pintu The Ho[s]tel! Temukan petualangan seru, sial, dan aneh yang mereka alami.

Review :
Tak dapat dipungkiri bahwa tempat menginap selalu menjadi pertimbangan dalam agenda traveling. Sony lebih sering mengunjungi tempat- tempat di kawasan Eropa dan Australia, tempat menginap pun lebih sering di hotel – walaupun terkadang dia menginap juga di hostel. Sedangkan Ariy lebih sering berpergian ke negara- negara di benua Asia dan lebih sering menginap di hostel ketimbang hotel.

Keduanya lalu memutuskan untuk membagi pengalaman mereka menginap di hotel dan hostel yang tertulis dalam buku ini. Buku ini dibagi menjadi dua bagian, Hotel dan Hostel. Tidak hanya pengalaman menyenangkan , tetapi pengalaman kurang mengenakkan hingga pengalaman yang menyeramkan juga dialami oleh penulis.

Seperti Sony yang ‘hampir’ mandi berjamaah di hostel di Picadilly, Ariy yang mendapatkan kamar dengan harga murah yang sayangnya memiliki sejarah yang seram, hingga dituduh mencuri asbak hotel. Semuanya mereka rangkum dalam buku ini.

Dari pengalaman yang dibagi melalui The Ho[s]tel, pembaca akan lebih teliti dan lebih aware saat menentukan tempat menginap saat traveling nanti. Apalagi saya berencana untuk menginap di hostel untuk perjalanan selanjutnya, jadinya bisa lebih selektif dan lebih rajin googling mengenai informasi hostel yang akan saya tempati.

Membaca buku ini  juga membuat saya teringat perjalanan saya ke Jogja beberapa bulan silam, saat saya memesan kamar sebuah guesthouse yang akhirnya membuat saya ketakutan dan segera check out dari guesthouse tersebut. Memang ada saja kejadian yang akan kita temui selama perjalanan kita. Oleh karena itu, sebagai traveler, kita harus selalu bersiap akan segala kemungkinan yang akan terjadi. Perjalanan tidak melulu tentang hal- hal indah, namun pengalaman- pengalaman tak terduga yang kita dapatkan akan membuat perjalanan kita lebih bermakna. Selamat berpetualang ^^

Kamis, 01 Desember 2016

Backpackneymoon: Travel With The One You Love - Susan Natalia Poskitt

Judul                     : Backpackneymoon
Pengarang          : Susan Natalia Poskitt
Penerbit              : B First
Tebal                     : 210 halaman

Sinopsis :
Biasanya, honeymoon selalu diidentikkan dengan menginap di hotel berbintang 5 dan bersantai di pantai. Namun, Susan dan Adam (@pergidulu) memilih untuk menciptakan konsep honeymoon yang berbeda. Backpackneymoon, demikianlah istilah yang mereka buat, terinspirasi dari honeymoon ala backpacking.

Selain traveling menggunakan backpack, campervan pun dipilih sebagai sarana transportasi sekaligus akomodasi. Unsur backpacking yang diambil adalah menekan bujet supaya bisa traveling (dalam hal ini honeymoon) lebih lama. Jika biasanya honeymoon hanya berkisar antara beberapa hari sampai seminggu, mereka menjalaninya selama dua bulan. Tujuan yang dipilih pun bukanlah pantai dengan suasana tropis, melainkan negara yang sedang mengalami musim dingin, Australia dan Selandia Baru.

Mereka telah membuktikan dedikasi mereka sebagai pasangan traveler pertama yang mampu menggabungkan catatan perjalanan berbumbu romansa (yang nggak bikin enek!), disertai panduan dan bujet terlengkap. Harapannya, siapa pun bisa menikmati dan terinspirasi ikut ber-backpackneymoon. Tak selalu harus ke luar negeri, buku ini mendorongmu untuk melakukan eksplorasi sesuai minat, waktu, dan bujet yang dimiliki. Jadi, tunggu apa lagi? Start planning your own backpackneymoon trip today! J

Review :
Punya rencana untuk mengunjungi Selandia Baru? Ingin mencoba menjelajah dengan bebas tanpa terikat itinerary dan jadwal? Teman- teman wajib baca buku ini kalau iya. Bersama suaminya, Adam, Susan mengeksplorasi Selandia Baru dengan campervan. Mereka menyewa dari perusahaan internasional yang ada di Australia dan Selandia Baru. Pilihan campervan-nya pun dijabarkan dalam buku ini.

Susan berbagi tips dan informasi- informasi penting yang teman- teman butuhkan selama berkeliling di Selandia Baru dengan lengkap beserta rincian biayanya. Tentu saja biayanya tergantung kebutuhan dan pengeluaran teman- teman. Tapi setidaknya dengan adanya rincian yang diberikan, kita jadi tahu perkiraan dana yang diperlukan untuk mengunjungi negeri burung kiwi itu.

Lokasi- lokasi yang dikunjungi Susan dan Adam merupakan kawasan alam. Ya, Selandia Baru memang menawarkan wisata alam yang sangat menggugah, dimulai dari danau, gletser, taman nasional, hingga kolam pemandian air panas yang dikelola dengan sangat baik.



Kelebihan dari buku ini yang saya suka adalah gaya menulis Mbak Susan yang sangat menarik untuk diikuti. Jadi saat membaca tidak terasa bosan ataupun jadi bete karena foto- fotonya tidak berwarna dan warna jingga yang mendominasi. Infonya yang lengkap juga akan sangat membantu backpacker yang ingin berwisata ke Selandia Baru. Sejak membaca buku ini, saya rajin mengunjungi website pergidulu. Hehe.

Acara bulan madu tidak monoton dan malah seru karena kita bisa bebas tanpa harus terikat jadwal. Apalagi jika memiliki waktu panjang seperti Susan dan Adam, pasti puas deh. Hanya saja untuk menyewa campervan di Selandia Baru dan Australia, penyewa wajib memiliki SIM Internasional. Harga sewanya pun bervariasi dari van  sederhana hingga van mewah.


Saya tidak bisa me-review dengan detail karena pastinya akan jauh lebih seru kalau teman- teman baca sendiri ya. Buku ini sudah selesai saya baca beberapa bulan yang lalu tapi sampai sekarang masih saja tetap semangat kalau lihat buku ini dan semakin kepingin mengunjungi Selandia Baru – alasan awal saya beli buku ini. Penasaran dan ingin lebih banyak mendapatkan informasi mengenai wisata alam di Selandia Baru? Ikuti petualangan seru Susan-Adam dalam Backpackneymoon. Selamat membaca ^^

Kamis, 01 Mei 2014

The Not-So-Amazing Life of @aMrazing - Alexander Thian

Judul               : The Not-So-Amazing Life Of @aMrazing
Pengarang      : Alexander Thian
Penerbit         : GagasMedia
Tebal              : 220 halaman

Sinopsis :
BAPAK itu merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan bergepok- gepok uang.
“Nih! Sekian belas juta!”
Bahkan setelah menghitung sekian belas juta, sisa uang di tangan Bapak itu masih banyak. Fakta bahwa bajunya lusuh, serta handphone lamanya buluk segera terlupakan. Rupanya Bapak ini orang tajir yang tak tahu cara berdandan serta belum melek teknologi. Gue lagi- lagi salah menilai. Terkadang manusia memang hanya memandang penampilan luar. Menghakimi bahwa sebuah buku pasti jelek isinya hanya karena cover yang buruk.
Berlama- lama si Bapak mengagumi handphone terbarunya. Setelah puas, ia kembali bertanya hal yang paling penting.
“Dek, gimana cara main Fesbuk? Terus, internet itu apa, sih?”
The Not-So-Amazing Life of @aMrazing merupakan kumpulan kisah pengalaman Alexander Thian saat menjadi penjaga konter handphone di sebuah mal. Tidak sekadar menjual handphone, Alex memotret manusia melalui berbagai tingkah laku para pelanggan yang datang. Ada mereka yang butuh tampil mengesankan dengan handphone tercanggih, mereka yang ingin membahagiakan orang terkasih, juga mereka yang tertipu (dan menipu). Adakah wajah kita di sana?

Review :
Empat belas kisah nano- nano Ko Alex dikemas dalam buku bersampul kuning ini. semuanya menceritakan pengalaman Ko Alex selama menjaga konter handphone. Ada kisah yang menggelitik, lucu, hingga mengharukan di dalamnya. Semuanya bercerita seputar pelanggan- pelanggan Ko Alex yang datang dan pergi dari konternya. Satu kisah yang menyentuh yang menjadi favorit saya adalah cerita berjudul Dummy Seharga Dua Juta.

Suatu hari, Pak Soni datang ke konter Ko Alex bermaksud untuk servis ponsel. Namun alangkah terkejutnya ia saat mengetahui bahwa ponsel yang ia beli dari orang yang tidak ia kenal adalah handphone dummy alias replika dari handphone asli. Padahal ponsel itu beliau beli untuk anaknya dengan menggunakan uang jerih payahnya.

Ko Alex yang simpati melihat Pak Soni pun meminta Pak Soni untuk membawa anaknya dan berjanji akan mengisikan aplikasi, lagu, game, secara gratis. Pak Soni tentu saja senang. Walaupun beliau telah ditipu, beliau sangat berbesar hati meski awalnya sedih dan kecewa. Keesokan harinya, saat Pak Soni membawa anaknya ke konter Ko Alex dan menceritakan tentang kondisi anaknya, Ko Alex sangat terharu. Kisah hidup Pak Soni dan Rama sangat sarat makna. Tak terasa mereka berbincang akrab dan sejak itu Pak Soni menjadi langganan tetap Ko Alex.
Selalu ada pelangi setelah hujan, dan selalu ada senyum di balik duka (hal. 47)

Kebohongan dan sikap ingkar terkadang jauh lebih menenangkan daripada mendengarkan kejujuran atau menghadapi kenyataan (hal. 42)

Kisah lain yang bikin emosi sejenak ialah kisah berjudul Nggak Canggih, Nggak Gaya? Nggak Gaul! yang menceritakan tentang seorang anak perempuan SD bernama Tasya yang menjadi korban perkembangan teknologi yang tidak tepat sasaran. Pengaruh lingkungan juga sih sebenarnya. Tasya merengek kepada Mamanya untuk dibelikan handphone baru yang harganya sangat mahal. Padahal handphone yang tengah digunakan Tasya sudah cukup canggih saat itu. Saat Mamanya tidak membelikan handphone baru untuk Tasya, Tasya mempermalukan Mamanya dengan mengamuk dan berteriak- teriak serta menangis. Katanya dia malu kalau ke sekolah nggak pakai handphone baru. Wah wah wah. Parah banget ya nih anak. Akhirnya Mamanya Tasya menjual handphone yang sedang beliau gunakan ditambah dengan sedikit uang tunai yang ditarik dari ATM. Menyedihkan.

Kedua belas cerita yang lain juga tidak kalah serunya. Membaca satu demi satu cerita membuat kita merenung. Ternyata menjaga sebuah konter handphone jika dilihat dari perspektif lain memberikan dampak yang berbeda. Buku ini selain menjadi pelepas stres saat merampungkan proposal skripsi juga membuat pikiran menjadi lebih fresh. Ringan untuk dibaca namun sarat makna. Love it!