Daftar Review

Minggu, 18 November 2012

Hasil perburuan yang empuk....


Siang yang cerah. Kebetulan hari ini main ke Palladium. Sebenarnya nggak kebetulan juga, karena dapat info kalau di toko buku Gramedia lagi ada diskon gede novel- novel..yeii..seneng banget..ternyata oh ternyata saya salah info....*ga pasang kuping, eh, mata pas liet update twitter..zzz*
Maka menyeberang lah saya ke Palladium. Dan taraaa.....di atriumnya sedang diadakan diskon besar- besaran (cuci gudang sepertinya), ada yang 25%, ada juga yang 40%. Bahkan ada novel yang dibanderol mulai dari RP 5000,-. Maka semangat saya naik kembali. Saya pun melupakan anggota keluarga saya yang lain dan sibuk mencari- cari novel. Kebanyakan novel yang sudah lama tapi masih baru.Nyaris kalap karena sebenarnya masih ada beberapa yang ingin dibeli. Tapi ditahan- tahan.  Ini dia nih hasil buruan kali ini :


1. Murderer on the Orient Express - Agatha Christie, yang ini sudah lama dicari dan akhirnya ketemu. Diskon 40% pula. Yeeiii :DD
2. M2L Men 2 Love - Andrei Aksana, selalu tertarik dengan novel Mas yang satu ini. So, begitu ada label Andrei Aksana di cover novel, sikat. 40% juga :DD
3. Tiga Venus- Clara Ng, secara saya penggemar Mbak Clara, maka novel yang satu ini masuk lah dalam kantongan belanja saya. Yang satu ini diskon 40% juga :DD

Maka, timbunan pun bertambah. Asyik nih. Buat teman- teman yang berdomisili di Medan, promo ini masih ada hingga 25 November. Jadi masih ada seminggu lagi. Selamat berbelanja :)

I For You - Orizuka



Judul           : I For You

Pengarang    : Orizuka

Penerbit      : Gagasmedia

Tebal           : 380 halaman




Sinopsis :
Suatu hari dalam hidupku, kau dan aku bertemu. Masih jelas di ingatanku sosokmu yang memukauku. Lidahku jadi kelu, mulutku terkatup rapat karena malu. Setiap malam, bayangmu menari- nari dalam benakku.
Ada sejuta alasan mengapa aku begitu memujamu. Kau menyinari relung gelap hatiku. Kau satu- satunya orang yang ingin kurengkuh. Kau yang bertanggung jawab atas segala rindu. Kau adalah yang teristimewa bagiku.
Tanda- tandanya sudah jelas: aku menyukaimu. Tetapi, bagaimana caranya untuk mendekatimu? Kau begitu jauh, sulit kuraih dengan jari- jemariku.
Dan sekian lama, aku mulai menyadari satu hal.
Bahwa kau dan aku mungkin ditakdirkan tak bisa bersatu. . . .

Review :

Benji dan Cessa.
Benji adalah pangeran bagi Cessa. Seumur hidupnya belum ini belum pernah ia meninggalkan Cessa. Ia senantiasa melindungi putri itu agar tidak terluka. Selama ini pula mereka tidak pernah mengenal dunia luar. Palingan hanya melalui siaran anak- anak di televisi. Orang yang mereka kenal pun hampir tidak ada, hanya keluarga mereka. Benji ditakdirkan untuk hidup bersama Cessa dan sebaliknya. Just it.
Hingga suatu hari Cessa merengek untuk bersekolah di sekolah formal (biasanya mereka bersekolah dengan sistem home schooling). Awalnya ayah Cessa tidak setuju. Namun setelah Cessa merengek terus, akhirnya ayahnya mengiyakan. Benji dan Cessa pun bersekolah.
Sejak hari pertama mereka di sekolah, Cessa dan Benji selalu menjadi perhatian. Putri cantik yang manja dan pangeran tampan yang segenap hati melindungi sang putri. Namun semua itu berubah saat mereka mulai duduk di kelas dua belas. Tempat duduk mereka dipisah. Cessa duduk di depan cowok yang langsung dihinanya sebagai anak miskin. Sebenarnya Cessa tidak bermaksud menghina, ia hanya terlalu berterus terang dalam berbicara. Kesannya ia jadi merendahkan orang lain. Seperti perkataannya saat tahu ia duduk dekat Surya : “Saya nggak mau duduk dekat orang miskin.” (hal. 7)

Surya dan Bulan.
Wajar saja kalau Surya merasa kesal mendengar kalimat Cessa yang sangat menusuk itu. Ia memang miskin, tapi ia datang bukan untuk dihina. Berbanding terbalik dengan Cessa, Surya adalah siswa yang sangat rajin. Ia peraih beasiswa di sekolahnya. Setiap hari ia selalu berkutat dengan buku- buku pelajaran dan buku pengetahuan. Ia tinggal berdua dengan adik perempuannya yang bernama Bulan. Bulan seorang atlet pemanah di sekolahnya, berbeda dengan kakanya yang agak tertutup. Mereka berdua lah yang mengubah hidup Cessa dan Benji, memberi sentuhan warna pada hidup kedua anak kaya yang awalnya monokrom.

Kalo dulu lo pernah nangis untuk pertama kalinya, ini yang terakhir. Lo janji?” (Surya di hal. 168)
Kenapa kita nggak focus sama kesamaan kita?” Benji tersenyum lagi pada Bulan. “Kenapa harus sibuk mengurusi perbedaan?” (Benji di hal. 181)
Jika hal yang paling sulit untuk kamu lakukan adalah mengucap’selamat tinggal’, saat itulah kamu tahu kamu sedang jatuh cinta. (Ibu Bulan di hal. 239)

Bagaimana kehidupan mereka setelah Cessa- Surya dan Benji- Bulan menikmati masa remaja mereka layaknya remaja lain? Apakah yang membuat Benji selalu stand by di sisi Cessa? Ikuti cerita lengkapnya dalam I For You.
©©©

Lagi- lagi saya terpesona sama novelnya Mbak Ori. Teenlit yang disuguhkan kali ini memberi kesan tersendiri. Konsepnya yang bagus, mungkin sudah pernah ada sebelumnya, tapi berkat sentuhan Mbak Ori, novel ini unik dan menarik sekali saat dibaca. Alurnya pas. Ceritanya  tidak terasa lambat. Endingnya juga apik. Membaca hingga pertengahan novel akan membuat pembaca menduga- duga seperti apa endingnya. Dan kali ini saya salah tebak. He he..

Dan saat selesai membaca novel ini, dalam pikiran saya sudah terbayang bakalan spoiler nih ulasan kali ini. Tapi gimana pun jangan ya sampai spoiler. So, nggak boleh review panjang- panjang. Ceritanya, aduh..jangan ditanya lagi. Isinya satu paket, bisa buat nangis, ketawa, deg- degan. WOW. Ditambah lagi dengan tokoh Benji yang membuat saya langsung suka dengannya. Siapapun yang bersama Benji pasti aman. Jadi ngiri nih sama Bulan. He he.. Andai saja Benji itu ada ya.. *mulai mengkhayal lagi ceritanya*

Rasanya novel ini tidak hanya cocok bagi pembaca novel remaja tetapi juga akan cocok untuk teman- teman yang suka membaca novel roman dewasa. Salut dengan gaya penulisan Mbak Ori. Selalu suka dan menanti- nanti karyanya. Novel ini saya rekomendasikan bagi teman- teman yang belum membacanya. Selamat berburu dan selamat membaca
J

Senin, 12 November 2012

Menunggu - Dahlian & Robin Wijaya


Judul             : Menunggu
Pengarang    : Dahlian dan Robin Wijaya
Penerbit        : Gagasmedia
Tebal              : 304 halaman

Sinopsis :

Aku sedang merindukanmu, apakah kau tahu itu?  Saat bulan penuh di atas kepala, aku menggantungkan doa untukmu di antara bintang- bintang. Semoga suatu saat hatimu akan menoleh kepadaku, menyadari bahwa akulah akhir dari penantianmu.
Aku ingin memelukmu, meraihmu, dan menyembunyikanmu dalam dekapanku. Aku tak akan melepasmu pergi, aku janjikan itu padamu. Dan kesabaranku kian menipis seperti batu yang terus- terusan digerus air. Aku sudah menunggu terlalu lama, nyerinya semakin lama kian terasa nyata.
Aku mencintaimu… karenanya aku selalu merindukanmu. Namun, seperti pertanyaan yang kubisikkan pada rembulan malam itu: apakah kau juga sedang merindukanku?

Review :

Ini kali pertama saya membaca Gagas Duet. Awalnya saya mengira novel ini berisikan satu kisah yang ditulis barengan sama dua penulis. Ternyata buku ini berisikan dua novella karya Dahlian dan Robin Wijaya. Seperti biasa, cover dari Gagas selalu membuatku berdecak kagum, kali ini dengan desainnya yang sederhana. Tema yang diangkat sama seperti judulnya, menunggu. Penantian cinta selalu menjadi tema yang menarik dalam sebuah novel. Dan kali ini, kedua kisah ini ditulis dengan baik oleh kedua pengarang.

Last Chance – Dahlian
Risa yang telah menetap beberapa tahun di Melbourne kembali ke Indonesia untuk membantu mengurus pernikahan abangnya, Dhani. Bertemu kembali dengan Aby, sahabat Dhani yang ditaksirnya sejak SMA, membuat Risa kembali berharap. Ia akan berusaha untuk menarik perhatian Aby agar Aby tahu bahwa gadis itu menyukainya. Ia pun mengatur agar mereka bisa sama- sama mengurus keperluan pernikahan Dhani. Namun tak semudah itu meyakinkan Aby. Tak jarang Risa mendapat perlakuan dingin darinya. Mengapa  Aby selalu bersikap cuek dan dingin terhadap Risa? Sebegitu sebal kah Aby terhadap gadis itu dan apakah Risa akan berhenti untuk ‘mengejar’ Aby? Ikuti kisahnya di Last Chance.

Reason – Robin Wijaya

Seharusnya kamu tahu, seperti apa aku menunggumu. Cinta tak pernah menghadirkan kata jenuh (hal. 262)

Setelah lama berpisah, Gantar dan Lenka kembali dipertemukan oleh takdir. Lenka bekerja sebagai pembawa berita di salah satu stasiun TV dan Gantar bekerja sebagai  kameraman di stasiun TV yang berbeda. Mengetahui profesi Lenka yang satu bidang dengannya, Gantar berusaha mencari tahu jadwal Lenka dan akhirnya ia berkesempatan juga bertemu dengan perempuan itu. Perempuan yang telah lama dicintainya. Sebetulnya Lenka juga mencintai Gantar. Namun pria bernama Barata telah mengisi hidup Lenka selama ia berpisah dengan Gantar. Pada akhirnya, dengan segala pertimbangan, siapakah yang akan dipilih oleh Lenka? Cintanya atau pria yang telah bersamanya selama beberapa waktu ini?

Love isn’t like a candy. But it’s just a gum. Sometimes it loses the sweet, and turns bitter 
(hal. 157)

Membaca dua novella ini memberikan kesan tersendiri bagi saya. Saat membaca Last Chance, saya sempat kesal dengan Risa. Kesannya terlalu agresif, nekat pula. Namun akhirnya saya paham mengapa ia nekat melakukan hal- hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Dan seperti novel sebelumnya, Promises Promises, Dahlian berhasil membawa pembaca untuk menikmati cerita yang ditulisnya.

Kalau di Last Chance saya berhasil dibuat kesal sama Risa, di Reason saya dibuat kesal sama pria yang bernama Barata. Sedikit posesif dan selalu mengambil keputusan sendiri. Ia merasa apa yang dilakukannya ialah hal paling baik. Reason merupakan karya pertama dari Mas Robin yang saya baca. Banyak kalimat- kalimat puitis yang memenuhi cerita. Kesan sendunya jadi dapet. Cuma saya kurang begitu suka suasana saat diceritakan mengenai profesi Gantar dan Lenka, saya sendiri tidak tahu kenapa. Well, abaikan saja. Dan yang sedikit mengganggu (sedikit saja) ialah judul bab yang acak- acakan. Seperti ini : setelah bab enam, langsung lompat ke bab Sembilan lalu kembali lagi ke empat dan beberapa yang lain. Namun itu bukan masalah besar selama ceritanya masih saya nikmati.

Secara keseluruhan, novel ini bagus. Last Chance yang ringan dan Reason yang mellow membuat pembaca ingin tahu seperti apa kelanjutannya. Apalagi kalau dibaca saat hujan- hujan begini (lagi- lagi keinget sama adegan hujan Di Reason), pasti deh pada meleleh. He he.. Recommended ! bagi teman- teman yang belum membaca, boleh deh novel ini jadi bacaan di akhir pekan. Selamat membaca.

Sabtu, 03 November 2012

Three Weddings and Jane Austen - Prima Santika


TWAJA



Judul               : Three Weddings and Jane Austen
Pengarang       : Prima Santika
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal               : 464 halaman

Sinopsis :
Tak ada yang lebih membahagiakan seorang ibu daripada melihat anak gadisnya menikah dengan pria baik yang dicintainya.
Seperti memiliki pajangan kristal yang indah dan sangat mahal, memiliki anak gadis dewasa yang belum menikah rasanya selalu dalam kebimbangan. Kalau dipajang, takut dicuri orang. Tapi kalau hanya disimpan, takut tak ada yang tahu. Dan jangan sampai pecah atau hilang, karena kebahagiaan hakiki seorang wanita setelah menjadi ibu adalah menjadi nenek bagi para cucunya.
Ibu Sri memiliki tiga gadis yang belum juga menikah di usia matang mereka. Emma 35 tahun, Meri 30 tahun, dan Lisa 29 tahun. Dia sangat menyukai novel- novel karya Jane Austen dan berpendapat semua masalah percintaan anak- anaknya dapat mengambil suri tauladan yang tersirat dalam novel- novel itu. Namun seperti nasib kebanyakan gadis lajang, cinta tak selalu bersatu dan jodoh tak ada yang tahu. Kini Ibu Sri tak bisa hanya menasihati. Dia harus melakukan sesuatu untuk menolong gadis- gadisnya. Mereka harus melalui derita penyesalan, memaknai kejadian, mengubah keyakinan, dan mengikhlaskan harapan, berharap bahagia akan muncul dalam bentuk pernikahan. dan buku Jane Austen pun hadir memperlancar proses pendewasaan.

Review :
Emma, Meri, dan Lisa. Ketiga wanita ini tengah meresahkan sang ibunda. Pasalnya mereka belum menikah di usia mereka yang sudah cukup untuk berumah tangga. Masing- masing memiliki problem percintaan mereka.

Emma, si sulung yang rajin dijodohkan oleh Ibu Sri, ibunya, tetapi tidak juga menemukan pasangan yang cocok. Ketika masa lalunya dengan Adit sudah berhasil dipendam, Emma kembali dijodohkan. Namun tidak ada yang nempel. Pernah sekali ibunya menjodohkannya dengan salah satu dokter THT, dokter Joko namanya, Emma sempat tertarik. Namun kenyataan (lagi- lagi) berkata lain. Kali lainnya ia dijodohkan dengan seorang dokter dan ketika Emma sudah siap, dokter itu malah tidak memberikan respon seperti yang diharapkan Emma. Emma pasrah. Jodoh? Memangnya ada jodoh buatku? pikir Emma. Benarkah jodoh tidak akan menghampiri Emma?

Meri, putri kedua Ibu Sri ini sebenarnya sudah memiliki kekasih. Namun di tengah datarnya hubungan Meri dengan Bimo, muncullah Erik. Erik dengan cepat mengisi salah satu sudut di hati Meri. Mereka berselingkuh. Saat hendak mengakhiri semuanya dengan Erik, Bimo menangkap basah Meri yang tengah menangis dalam pelukan Erik. Dan berakhir lah segalanya. Bimo memutuskan hubungan mereka saat itu juga. Semuanya telah terlambat saat Meri menyadari bahwa hanya Bimo yang ia cintai. Ketika berlibur di Bali, Meri berniat untuk mencari teman baru yang barangkali bisa ia jadikan pacar. Namun semudah itukah menemukan cinta yang benar- benar tulus hanya dalam waktu sehari?

Lisa, si bungsu ini belum pernah berpacaran hingga usianya sudah 29. Terlalu tinggi standar yang ia pasang. Pria- pria yang mendekatinya selalu ia tolak. Namun ada satu nama yang selalu mengisi hatinya sejak SMA, Deni. Lisa harus kecewa ketika Deni, yang saat itu masih SMA, pacaran dengan sahabatnya, Amel. Tetapi hubungan mereka tak bertahan lama karena Deni harus pindah ke Amerika. Bertahun- tahun lamanya Lisa tidak pernah bertemu lagi dengan Deni. Suatu hari Deni muncul di hadapan Lisa. Rasa itu kembali muncul. Sayangnya hubungan mereka tidak mengalami kemajuan. Lisa sendiri lagi. Pria yang paling dekat dengannya hanya sahabatnya, Geri. Geri pun sama. Ia tidak cocok dengan wanita manapun dan kemanapun ia pergi, Lisa lah yang selalu ada di dekatnya. Ketika keduanya mencoba untuk merenggangkan hubungan, ada rasa kesepian yang menyusup. Apakah itu hanya perasaan yang wajar sebagai sahabat ?


Three Weddings and Jane Austen dikemas dengan apik oleh Mas Prima. Semuanya pas pada tempatnya. Dari sudut pandang, pengarang membaginya menjadi empat, yaitu oleh Ibu Sri, Emma, Meri, dan Lisa. Disini pembaca dapat mengenal setiap tokoh dengan baik. Namun dari cara mendeskripsikan ketiga putri Ibu Sri ini, gayanya sama. Tidak dibedakan gaya bahasa yang menunjukkan ciri mereka. Tapi tenang saja, semua itu tertutupi dengan detil yang cukup mengenai karakter masing- masing tokoh sehingga tidak menjadi masalah besar.

Satu hal yang (sedikit) mengganggu saya ialah nama tokoh yang berubah- ubah alias tidak konsisten. Geri sebentar- sebentar menjadi Gery. Deni menjadi Denny. Padahal Geri itu salah satu tokoh favorit saya lho, Mas. He he..

Penulis juga menyisipkan quote-quote dari novel Jane Austen di setiap pergantian bagian penokohannya. Andai saja saya sudah pernah membaca novel Jane Austen, saya akan lebih menikmati ceritanya karena dalam novel ini Ibu Sri selalu membantu anak- anaknya memecahkan masalah percintaan mereka dari kisah di novel Jane Austen. Bahkan sang ibu juga menyuruh anak- anaknya untuk membaca novel itu. Dan ternyata kisah- kisah yang dialami oleh para tokoh dalam novel Jane Austen mampu memberi pengaruh pada kehidupan percintaan putri- putri Ibu Sri. Bagaimana caranya agar keinginan terbesar Ibu Sri bisa terwujud? Baca selengkapnya di Three Weddings and Jane Austen.



Secara keseluruhan novel ini menarik untuk dibaca, tidak capek membacanya meskipun tebal. Gaya penulisannya yang rapi namun tetap tidak terkesan berat. Overall saya suka novel perdana dari Mas Prima ini. Plus terima kasih karena sudah mengadakan giveaway berhadiah novel Mas. Ditunggu novel selanjutnya ya, Mas :)