Daftar Review

Tampilkan postingan dengan label Prisca Primasari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prisca Primasari. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Juni 2016

Purple Eyes - Prisca Primasari

Judul                : Purple Eyes
Pengarang       : Prisca Primasari
Penerbit          : Inari
Tebal               : 144 halaman

Sinopsis :

Karena terkadang tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi- tubi
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa- apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan- percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba- tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat- saat tergelap sekalipun.

Review :

Pembunuhan keji dengan mengambil lever korban terus terjadi. Hal itu membuat Hades, dewa kematian, harus langsung turun ke Bumi dan mencari dan menghukum pelaku kejahatan itu. Ditemani Lyre, asistennya, mereka berangkat ke Trondheim, salah satu kota di Norwegia.

Hades berganti nama menjadi Halstein sedangkan Lyre memilih Solveig sebagai nama barunya. Mereka mengunjungi Ivarr Amundsen, kakak dari salah satu korban pembunuhan keji itu. Saat Solveig bertanya kepada Halstein apa tujuan mereka mendekati Ivarr, Halstein tidak bersedia memberitahu Solveig.

Kalau kau tidak suka, jangan memberi harapan. Kau sama saja menyakiti mereka.” – hal. 34

Minggu, 15 Mei 2016

Love Theft #2 - Prisca Primasari

Judul                     : Love Theft #2
Pengarang          : Prisca Primasari
Penerbit              : Self Published
Tebal                     : 242 halaman

Sinopsis :

Permasalahan yang dihadapi Frea, Liquor, dan Night semakin rumit saja. Ketiganya harus membenahi kekeliruan yang mereka lakukan, sekaligus bertarung dengan perasaan masing- masing.
Di lain sisi, Frea semakin mengenal Liquor, sedikit demi sedikit. Dia memahami luka pemuda itu, mengetahui masa lalunya, juga terus berusaha mengobati hatinya.
Namun, tepat saat Frea menyadari betapa dia mencintai Liquor, sesuatu terjadi. Masalah baru yang luput dari perhitungannya.

Review :

Masalah pencurian kalung milik sosialita kaya raya yang manja, Coco Kartikaningtias, masih berlanjut. Seperti kecurigaan Frea, Coco bukanlah gadis manja biasa. Di luar dugaan, gadis itu merupakan putri dari salah satu sindikat gelap ternama.

Coco dengan mudah mendapat informasi tentang Frea, Liquor, dan Night. Kali ini ia tidak melepaskan mereka dengan begitu mudah. Ada harga yang harus dibayar karena telah berani bermain dengan Coco.

Di sisi lain, baik Frea dan Night akhirnya berani mengakui perasaan masing- masing. Liquor bahkan tidak sedingin sebelumnya lagi. Ia lebih lembut, lebih perhatian, dan bersedia berbagi kisah masa lalunya yang suram dan pedih kepada Frea.

Saat masalah ini sudah bergulir ke ranah hukum, apakah yang terjadi pada Night dan Liquor? Ke manakah hubungan Frea dan Liquor akan berjalan? Apakah Frea akan patah hati sekali lagi? Ikuti kisah mereka dalam Love Theft 2 ^^
Y

Setelah menutup buku ini, rasanya sulit untuk berpisah dari tokoh- tokoh yang ada di dalamnya. Liquor yang pendiam tapi menyimpan begitu banyak luka dan masa lalu yang kelam, Night si cantik yang sangat mencintai istrinya,dan Frea yang kuat yang selalu mendukung Liquor.

Ada satu tokoh favorit saya yang mungkin akan seru jika dituliskan juga kisahnya *kode untuk penulis*. Dia adalah Tarantula. Dalam review tidak saya bahas karena akan lebih seru jika baca langsung ya bagian Tarantulanya. Keren juga cowok playboy satu ini.

Buku kedua lebih tebal, sedikit. Ceritanya berkembang jauh lebih kompleks dan saya jauh lebih menikmati buku kedua ini. Banyak kejutan yang tidak terduga sebelumnya. Tokoh- tokohnya terasa lebih menyenangkan dan tidak bikin sepenasaran sebelumnya. 4 bintang untuk ngengat dan kupu- kupu yang telah berhasil mencuri hati pembaca J

Minggu, 06 Maret 2016

Love Theft #1 - Prisca Primasari

Judul               : Love Theft #1
Pengarang      : Prisca Primasari
Penerbit         : Self Published
Tebal              : 192 halaman

Sinopsis :

Frea Rinata gadis yang sangat payah di kampus. Sementara teman- temannya sudah melangkah ke depan, dia tetap saja berjalan di tempat, minim prestasi, dan dipandang sebelah mata. Benar- benar menyebalkan.

Untunglah dia punya kehidupan kedua yang lebih menarik, yang melibatkan seorang pemuda bernama Liquor. Atau setidaknya, pemuda yang “dipanggil”Liquor. Frea nyaris tidak tahu apa- apa tentangnya, kecuali bahwa pemuda itu sangat menarik, memiliki profesi yang tidak biasa, dan penuh misteri. Namun, jauh di dalam hati, Frea jatuh cinta padanya, meskipun tidak pernah mengakuinya.

Sampai kapan Frea akan menyangkal perasaannya? Dan benarkah kehidupan keduanya semenarik yang ia pikirkan? Karena semakin lama, segala hal tentang Liquor semakin membuat dirinya frustasi. Dia sangat khawatir.

Review :

Love Theft #1 bercerita tentang gadis bernama Frea yang bosan kuliah karena ia selalu tidak dianggap. Ia memutuskan untuk cuti kuliah dan bergabung dengan Night dan Liquor, bawahan pamannya yang merupakan komplotan pencuri.

Berbeda dengan pencuri lainnya,  mereka mencuri barang- barang untuk kemudian hasilnya disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.

Frea sering mengikuti Liquor. Meski terkesan cuek, Frea nyaman berada di sisi pencuri ulung 
itu. Sayangnya begitu banyak hal mengenai Liquor yang belum Frea ketahui. Gadis itu semakin penasaran. Tanpa ia sadari, ia menyukai Liquor, hanya saja ia tidak mau mengakuinya.

Kali ini, pencurian yang dilakukan Liquor menimbulkan kehebohan. Hal ini menuntut pria itu untuk mengaku dan mengembalikan hasil curiannya kepada sang pemilik. Saat Liquor berhasil meluluhkan sang pemilik dengan menciumnya, bagaimana perasaan Frea?

“Saya harus pulang,” ujarnya lembut.
“Bukankah itu tujuan kita pergi? Untuk pulang.” (hal. 34)

©

Saat mengetahui Mbak Prisca kembali menerbitkan novel, saya senang sekali *walau reviewnya super telat*

Love Theft tidak mengecewakan. Berbeda dengan Éclair dan Kastil Es yang cenderung mellow, Love Theft memiliki kemasan yang berbeda.

Dengan tema kriminal, novel ini menarik untuk dibaca meski agak pendek ya kisahnya. Unsur romancenya ada hanya belum begitu terasa karena para tokohnya masih malu- malu. Mungkin di buku kedua akan lebih terlihat.

Seperti kebanyakan novel Mbak Prisca, saya juga menyukai novel yang satu ini. Awalnya hampir tidak jadi membaca karena nama tokoh prianya Liquor dan Night. Tapi setelah dibaca jadi suka. 3,7 untuk Love Theft #1.

Minggu, 29 Maret 2015

French Pink - Prisca Primasari

Judul                     : French Pink
Pengarang          : Prisca Primasari
Penerbit              : Grasindo
Tebal                     : 74 halaman

Sinopsis :
Di Distrik Jiyugaoka yang mungil, cantik, dan berwarna- warni, Hitomi tiba- tiba bertemu pria aneh yang mengungkit- ungkit tentang kematian.
Siapa sebenarnya pria itu? Dan..lho, lho, mengapa dia jadi menyuruh Hitomi mencarikan syal warna French Pink? Mana mungkin sih pria beraura gelap seperti itu menyukai warna pink? Dan untuk apa juga?
Ck. Sungguh. Pria itu benar- benar merepotkan Hitomi.

Review :
Hitomi, pemilik toko pita yang bernama Sweet Ribbons kini tidak seceria dulu. Ia bahkan sudah tidak bersemangat untuk hidup. Setiap harinya selalu diisi oleh tangis yang entah akan berlangsung sampai kapan.

Lalu Hane muncul. Pria aneh itu seolah mengetahui isi hati Hitomi. Ketika ia meminta Hitomi untuk mencarikan pita berwarna English Lavender, Hitomi sebenarnya enggan. Agar pria aneh itu cepat pergi, ia pun menuruti keinginannya. Sayangnya setelah menemukan pita berwarna English Lavender , Hane tidak pergi melainkan meminta bantuan yang lain.

Hitomi bahkan mengira Hane adalah sosok shinigami (dewa kematian). Namun bersama Hane, Hitomi tidak merasakan aura gelap. Ia juga menjawab segaa pertanyaan Hane, membantu pria itu mencari apa yang diperlukannya. Hingga akhirnya Hitomi tahu dan mengerti.

Siapa sebenarnya Hane? Bagaimana kehidupan Hitomi selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam French Pink.
***
French Pink merupakan novella pertama karya Mbak Prisca yang saya baca. Sebenarnya saya suka dengan konsep ceritanya. Namun, kisah Hitomi dan Hane rasanya terlalu singkat *ya iya lah, orang novella juga*

Membaca novella setebal tujuh puluh empat halaman ini tidak memakan banyak waktu. Mungkin dua jam selesai, didukung dengan fontnya yang lumayan besar. Untuk typo, masih ada sedikit. Selebihnya oke. Pertanyaan saya – yang mungkin tidak penting – adalah mengapa novella ini menggunakan hard cover? Tapi unik sih. He he..


Secara keseluruhan, saya cukup menikmati novella ini. 3 dari 5 untuk Hane yang sudah berhasil bikin penasaran.

Sabtu, 15 Februari 2014

Éclair - Prisca Primasari



Judul               : Éclair, Pagi Terakhir di Rusia

Pengarang      : Prisca Primasari

Penerbit         : GagasMedia

Tebal              : 236 halaman



Sinopsis :

Seandainya bisa, aku ingin terbang bersamamu dan burung- burung di atas sana. Aku ingin terus duduk bersamamu di bawah teduhnya pohon – berbagi éclair, ditemani matahari dan angin sepoi- sepoi. Aku ingin terus menggenggam jari- jemarimu, berbagi rasa dan hangat tubuh – selamanya.

Sayangnya, gravitasi menghalangiku. Putaran bumi menambah setiap detik di hari- hari kita. Seperti lilin yang terus terbakar, tanpa terasa waktu kita pun tidak tersisa banyak. Semua terasa terburu- buru. Perpisahan pun terasa semakin menakutkan.

Aku rebah di tanah. Memejamkan mata kuat- kuat karena air mata yang menderas. “Aku masih di sini,” bisikmu, selirih angin sore. Tapi aku tak percaya. Bagaimana jika saat aku membuka mata nanti, kau benar- benar tiada?
Review :
“Tidak ada yang namanya bahagia selamanya,”
“Tapi Sergei Valentinich berjanji ia tidak akan tertarik pada wanita lain.” (hal. 118)

Di tengah persiapan pernikahan Sergei Valentinich Snegov dan Ekaterina ‘Katya’ Fyodorovna, kondisi adik Sergei, Stepan ‘Stepanych’ Valentinich Snegov, memburuk. Dalam sakitnya, ia selalu menggumamkan nama kedua sahabatnya yang kini jauh dan tidak lagi dapat ia jangkau. Kedua sahabatnya ialah kakak beradik, Kay Nikolai Olivier dan Lhiver Olivier. Katya yang sangat khawatir akan kondisi Stepanych segera menyusun rencana untuk menemui Kay dan Lhiver, membujuk mereka untuk menjenguk Stepanych, meski itu sangat sulit mengingat hubungan mereka berlima tidak lagi baik.

Apa penyebabnya?

Kesalahpahaman dan ketidakrelaan. Kebakaran – yang direncanakan- itu telah merenggut nyawa orangtua Lhiver dan anak angkatnya. Lhiver saat itu sedang mengajar. Kay dan Stepanych sedang berbelanja keperluan untuk membuat kue. Sekembalinya mereka, rumah sudah terbakar. Lhiver yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang- orang yang dicintainya telah pergi menyalahkan kedatangan Stepanych hari itu ke rumahnya.

“Tetapi kematian tidak akan pernah menyerah sekalipun kau berusaha untuk menghindar ke sudut dunia yang paling rahasia. Takdir itu akan tetap menjelang, dan berdiri pun akan percuma. Bila takdir gagal merenggutmu lewat pintu, ia akan masuk lewat jendela, menyelinap lewat celah, bahkan menembus pertahanan yang paling kokoh dan tangguh. Ini adalah kenyataan yang senantiasa berlangsung di alam semesta.” (hal. 106 – kata Fuyu, murid Lhiver, saat ia dan Lhiver berbicara tentang sebuah cerita berjudul The Appointment in Samara versi W. Somerset Maugham)

Setelah tragedi itu, Lhiver membenci semuanya, termasuk Kay, kakaknya sendiri. Ia menjauhkan diri dari keempat sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri. Ia bahkan pindah ke Surabaya. Di sana ia menjadi dosen. Sedangkan Kay berpindah- pindah tempat, membidik objek- objek menarik melalui lensa kameranya. Ia bertemu dengan belahan jiwanya dan memutuskan untuk menetap di New York meski ia sangat merindukan kampung halamannya.

“Kadang…,” kata Kay lirih. “Masa lalu memang lebih indah dari masa sekarang. Dan bila ada hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk dipikirkan, itu adalah masa lalu yang indah…. Seandainya masa lalu itu akan terus menjadi masa kini.” (hal. 224)

Stepanych yang sangat terpukul dan merasa bersalah melampiaskannya pada alkohol yang menyebabkan penyakitnya semakin parah. Stepanych yang ceria dan lembut kini sudah tidak ada. Stepanych yang sekarang adalah Stepanych yang tidak berdaya, kosong, dan terkungkung dalam rasa bersalah.

Ia akan berpisah dengan kakak dan sahabat- sahabatnya. Untuk pertama kalinya ia membenci dirinya sendiri, karena sudah terlalu mencintai kehidupan ini….(hal. 131)

Katya menjadi tidak suka makan éclair. Sebelum peristiwa yang mengubah kehidupan mereka, Stepanych adalah seorang pembuat kue yang terkenal. Kue- kue buatannya sangat enak dan ia sering membuatkan éclair untuk sahabat- sahabatnya.

“Apa yang kau bayangkan ketika memasak, Stepanych?” (hal. 124)
“Kalian berempat,” ujarnya tulus. (hal. 125)

Dan Sergei mencoba untuk selalu tetap tegar padahal hatinya sangat sedih melihat kondisi adiknya dan juga persahabatan mereka yang seperti ini. Namun tidak ada keluhan yang terucap dari mulutnya. Katya cemas tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa- apa.


Saat itu… Katya ingin sekali berubah menjadi piano. Paling tidak piano bisa menampung semua yang dirasakan Seryozha. (hal. 201)

Kini, usaha Katya menjadi satu- satunya harapan bagi mereka. Jika ia berhasil untuk mempertemukan Stepanych dengan Kay dan Lhiver, keadaan mungkin akan berubah menjadi lebih baik. Mampukah Katya menyelesaikan misinya? Ikuti kisah mengharukan ini dalam Éclair, Pagi Terakhir di Rusia.

setelah kepahitan pekat ini, rasa manis pasti akan menjelang. (hal. 164)

“Bagi kami, sahabat adalah seseorang yang bersedia untuk bersuka cita dan berduka bersama,” kata Stepanych tersenyum. “Kami tidak ingin menjadi sahabatmu di kala senang saja.” (hal. 192)


Antara rela dan tidak saat menamatkan bacaan ini. Tidak berat. Ceritanya cukup menghanyutkan menurut saya. Karena alurnya adalah alur maju mundur, jadi kepingan- kepingan cerita tersambung secara perlahan sehingga saat membaca novel ini, muncul pertanyaan mengapa seperti ini? Yah, ternyata seperti ini. Kira- kira begitulah. Seperti biasa, entah mengapa saat membaca novel karangan Mbak Prisca yang bersetting di Eropa selalu menimbulkan kesan klasik. Bayangan saya mengenai tokohnya selalu tertuju pada pria- pria bersetelan jas panjang dan wanita- wanita dengan gaun anggun yang menggembung di bagian bawahnya. Saat menyinggung soal email baru lah saya kembali ingat kalau ini bukan cerita era klasik. Tapi rasanya klasik banget. Mungkin karena didukung dengan adanya kalimat- kalimat berbau musik dan penulis yang bertebaran.

Stepanych sukses membuat saya menyukai dia. Bahkan tetangganya, Vasilissa, yang tertutup bisa berubah dan menemukan kembali semangat hidupnya karena Stepanych. Ia adalah pria yang hangat dan penuh perhatian. Jadi ikut sedih saat melihat ehh..membaca kondisinya yang berubah drastis.

Semuanya saya suka, kecuali epilognya. Tidak secetar bagian depannya. Padahal saya berharap ada sedikit kejutan di epilog. Tapi ternyata oh ternyata…. *lebaynya kumat*

Itu saja sih menurut saya. Recommended deh novel ini. Suasana yang diciptakan pas dan penyampaian pergantian alurnya cukup jelas karena diberi keterangan dan dibold jadi pasti kelihatan. Untuk ukuran konfliknya, novel ini tidak terlalu tebal. Salut dengan pengarang yang mampu untuk mendeskripsikan permasalahan dalam cerita tanpa harus berbelit- belit.

Okelah, saya tidak bisa review banyak. Masih terhanyut suasananya saja meski sudah selesai ceritanya saya baca berhari- hari yang lalu. Empat bintang (sebenarnya lima karena minus di epilog) buat Éclair. Selamat membaca J

Rabu, 20 Maret 2013

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa - Prisca Primasari




Judul               : Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa
Pengarang      : Prisca Primasari
Penerbit          : Gagasmedia
Tebal              : 292 halaman
Vinter
Seperti udara di musim dingin, kau begitu gelap, muram, dan sedih. Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang berdansa diembus angin….
Florence
Layaknya cuaca pada musim semi, kau begitu terang, cerah, dan bahagia. Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris yang terlambat berseri….
Review :
Kaki Florence terus membawanya sejauh yang ia bisa. Ia tengah kabur dari acara perjodohan oleh kedua orangtuanya. Florence tidak setuju. Jadilah ia duduk di kereta menuju Honfleur. Seakan ikut mengejeknya, tas yang ia bawa serta dalam perjalanan, ikutan rusak. Barang- barangnya terpaksa ia tampung dengan kedua tangannya.
Saat berada di kereta, seorang pria yang tampak gusar meminta izin Florence agar dapat duduk di sana, bersama wanita itu. Florence tentu mengizinkannya. Ia jadi punya teman perjalanan. Dilihatnya pria itu membawa sebuah tas yang ternyata adalah hadiah dari pria itu untuk –mungkin- kekasihnya. Mengetahui keadaan Florence, pria itu memberikan tasnya untuk Florence. Florence sangat berterima kasih.

Aku hanya berpikir dia berbeda dengan semua orang yang pernah kau kenal.
Dia memang penyendiri, tapi aku bisa merasakan kebaikannya.
Dia agak kelam, kau ceria. Kupikir kau bisa melengkapinya.
Aku semakin yakin dia adalah orang yang tepat untukmu, ketika aku sadar bahwa aku tidak hanya memikirkan kebahagiaanmu. Tapi, juga kebahagiaannya--Hal . 232

Vinter, nama pria itu, tengah bermasalah dengan kelompok seniman yang tiba- tiba membatalkan acara mereka untuk tampil di kediaman teman Vinter. Padahal acaranya hari ini. Sebagai balas budi atas kebaikan Vinter, Florence membantu pria yang sedang gelisah itu. Ia yang akan menggantikan kelompok seniman itu. Awalnya Vinter ragu, tetapi Florence meyakinkannya bahwa ia mampu, secara Florence adalah guru les biola dan ia jago dalam bidang kesenian.
]
Hasilnya sungguh mengagumkan. Florence sangat lihai, membacakan puisi, bernyanyi, memainkan piano. Semuanya ia lakukan sendiri. Baik Zina, teman Vinter, para pelayannya, dan Vinter, terkagum- kagum atas pertunjukan yang ditampilkan Florence. Namun Zima tidak menunjukkannya. Hingga saat Florence meminta waktu untuk mempersiapkan drama, Zima menolaknya. Ia tidak suka seperti itu. Ia pun mengusir Florence. Bahkan ia tidak membayar Florence sepeser pun.
Usai pertunjukkan itu, Florence sudah bebas dari tugasnya. Vinter berterimakasih pada wanita itu dan mereka akan menjalani kehidupan masing- masing seperti semula. Namun Florence merasa aneh. Ia belum siap untuk kehilangan pria itu. Maka, dengan segala upaya, Florence kembali mencari Vinter. Meski harus berhadapan langsung dengan Zima yang galak dan sudah pasti tidak menyukainya.

“Bagaimana aku bisa hidup?” Zima terkikik. “Dengan memberi,” jawabnya kemudian. Zima di hal. 276.
Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri, Zima di hal. 277

Mereka kembali menghabiskan waktu bersama. Perlahan, Florence mulai mengenal siapa Vinter sebenarnya. Mengapa Vinter selalu terkesan menutup diri, mengapa kesepian selalu menjadi teman baiknya, dan berbagai jawaban atas ‘mengapa- mengapa’ yang lainnya. Semakin mengenal Vinter, Florence semakin tidak dapat melepaskan pria itu.

Dia membutuhkan seseorang untuk membuat dirinya cerah. Dan tegar.
Dan aku merasa bisa melakukannya….
Walaupun aku sendiri juga sangat rapuh. Tetapi tidak lebih gelap dibandingkan dirinya…. Florence di hal. 210

Saat kembali ke Paris, wanita itu menjadi tidak bersemangat. Jiwanya hilang setengah. Ketika kesempatan itu tiba, saat Vinter mengadakan pameran di Paris, akankah takdir mempertemukan mereka?
Perasaan yang muncul ketika karyamu dikagumi orang, sungguh tak tergambarkan.
Setelah selesai membaca Paris : Aline (klik judul untuk melihat reviewnya), saya langsung membaca novel Mbak Prisca yang satu ini. Dan saya tidak kecewa, malah sangat menyukai novel ini. Novel dengan setting Paris (lagi) dan Honfleur berhasil memunculkan kesan yang berbeda dari novel- novel pengarang lokal lainnya. Seperti novel sebelumnya, Mbak Prisca menuliskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Suasananya memunculkan kesan klasik tapi tidak bikin bosan, saya suka sekali. Banyak istilah seni yang muncul dalam novel ini, jenis musik dan lukisan. Penulis tampak menguasai sekali semua detil seninya. Saya sempat berpikir kalau kisah mereka ini terjadi sudah lama sekali. Saat kata ‘ponsel’ muncul dalam kalimat, baru deh saya ngeh.
Ceritanya mengalir begitu saja, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Takarannya pas. Bahkan setelah novel ini selesai saya baca berminggu- minggu yang lalu, saya masih dapat membayangkan potongan- potongan kisah Vinter- Florence saat saya menuliskan nama mereka. Uniknya juga, kisah hidup Vinter sebelum bertemu Florence dibahas setelah cerita berakhir. Jadi, bagi pembaca yang sudah terlanjur  jatuh cinta sama Vinter bisa mengetahui tentang dia di bagian paling akhir.


Sungguh novel yang bagus. Romantis dan quote-quotenya juga oke, bikin melting lagi. Recommended deh bagi pecinta novel roman.

Minggu, 03 Maret 2013

Paris: Aline by Prisca Primasari


Paris: Aline
Prisca Primasari
Gagas Media
214 halaman
Review :
Aline, mahasiswi jurusan sejarah di salah satu universitas di Paris asal Indonesia, sedang menyusuri Jardin du Luxembourg karena patah hati melihat cowok yang ditaksirnya jadian sama rekan kerjanya sendiri. Saat itu ia menemukan pecahan porselen yang dikumpulkan oleh petugas kebersihan disana. Mau tak mau Aline mengambil porselen itu karena petugas kebersihan itu langsung pergi setelah ia menyarankan Aline untuk membawa pecahan porselen itu.

Untuk melupakan cowok yang membuatnya patah hati, Aline menyusun pecahan- pecahan porselen itu. Ada sebuah nama di porselen itu yang menarik. Aeolus Sena. Aline kembali lagi membayangkan seperti apa Aeolus Sena itu. Penasaran. Pecahan- pecahan itu pun ia bawa pulang ke apartemennya.

Dan pencarian dimulai. Aline berhasil menemukan nama pria itu di Twitter. Ada emailnya. Aline mencoba untuk menghubunginya via Twitter, mengabarinya bahwa porselen Sena sedang bersama Aline. Ternyata email pria itu masih aktif. Ia membalas dan meminta Aline untuk mengantarkan porselen itu ke Place de la Bastille. Pukul dua belas tengah malam pula. Sungguh pria yang aneh.

Meski demikian, Aline menerimanya. Maka disanalah Aline. Menunggu seorang diri. Namun yang ditunggu tidak datang. Aline kesal setengah mati. Parahnya, pria itu meminta agar Aline datang lagi ke tempat yang sama dan waktu yang sama. Grrr…. Lagi- lagi Sena tidak datang. Untungnya ada Kak Ezra, tetangga sekaligus kakak kelas Aline, ikut bersamanya.

Kali ketiga, merepotkan Kak Ezra lagi, barulah pria bernama Aeolus Sena itu muncul. Sebagai tanda terima kasih, Sena akan mengabulkan tiga permintaan Aline. Jadilah Aline mengikuti Sena. Ia juga mengajak Aline ke tempat- tempat yang yah..boleh dibilang nyeremin. Tapi Aline toh ikut saja. Berkeliling bersama pria yang terlihat sangat antusias itu.
Pria itu selalu tampak ceria, bersemangat, dan terkesan berlebihan menanggapi segala sesuatu di sekitar mereka.  Padahal ia tinggal di sana lebih lama daripada Aline, tapi katanya baru sempat mengunjungi tempat- tempat bersejarah bersama Aline. Sungguh aneh.

Namun Aline mulai menyukai petualangan barunya bersama Sena. Hingga suatu hari Sena menghilang dari kehidupan Aline. Awalnya ALine mengingkari perasaannya, namun kini ia mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada Sena.
Aku berusaha berpikir ada tali halus yang menghubungkanku dengan Sena sehingga kemanapun dia melangkah, aku akan mengikutinya- hal. 125

Saat hendak mencari informasi mengenai Sena, sms dari pria itu datang, meminta Aline untuk menunggu pria itu di depan apartemen Aline. Sejak itulah, perlahan kepingan puzzle yang berserakan dalam pikiran Aline mulai tersusun satu per satu. Dengan usaha yang keras, Aline melengkapi kepingan puzzle itu menjadi gambaran yang utuh.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Sena? Akankah Aline patah hati lagi seperti saat ia bekerja di Bistro Lombok? Ikuti kisah manis  *juga sedikit misterius yang bikin penasaran* dalam Paris : Aline.


Ini kali pertama saya membaca novel karangan Prisca Primasari. Saya sudah tertarik saat melihat novel ketiganya (kalau tidak salah ya) yang berjudul Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa terpampang di rak toko buku. Namun baru kali ini terbeli. Jadinya beli bareng novel terbarunya, Paris: Aline. Dan menurut saya…..

Great! Ceritanya oke. Di bagian awal hingga sebelum pertengahan, bukan datar sih..bagus, hanya saja lebih greget pas masuk ke bagian pertengahan cerita. Apalagi menjelang akhir, rasa penasaran pembaca akhirnya terungkap. Mengapa Sena ngajakin ketemuan tengah malam, mengapa pria itu selalu mengalihkan pembicaraan saat Aline menanyakan perihal porselen itu, dan sebagainya. Segalanya menjadi jelas.

Dari sinilah saya mengganggap Sena itu pria yang cerdas. Meski agak berlebihan , saya suka karakternya karena ia pria yang ceria dan semua yang dikatakannya masuk akal walau terkadang menyakitkan. Suka juga dengan karakternya Kak Ezra yang mencintai dengan tulus. Aline adalah wanita yang beruntung namun ia tidak menyadarinya dan cenderung minder.

Gaya penulisan Mbak Prisca membuat saya ingin terus membaca hingga ke bagian paling akhir dari kisah cinta Aline- Sena. Novel ini selesai saya lahap dalam dua kali buka buku. Nggak biasanya secepat ini.

Novel ini juga banyak memberikan pengetahuan baru seputar lokasi di Paris dan kata- kata dalam bahasa Prancis. Gambar di atas ialah Jardin du Luxembourg, tempat Aline menemukan pecahan porselen milik Aeolus Sena (sumber gambar di sini ). Sayangnya ada beberapa yang tidak saya ketahui artinya karena tidak disertai dengan catatan kaki di bawahnya. Tapi hal itu tidak menjadi masalah besar.


Banyak yang bilang covernya bagus, tapi pas lihat, saya sempat nggak yakin kalau ini terbitan Gagas *minta dijitak*. Rupanya ada kejutan menanti dibalik covernya. Sebuah kartu pos bergambar Menara Eiffel. Novel ini saya rekomendasikan bagi teman- teman yang suka novel roman dengan sentuhan yang unik dan segar. Dua kata untuk Paris: Aline, très bien (sangat baik) !