Daftar Review

Rabu, 12 Oktober 2011

Divortiare by Ika Natassa


Tiga minggu lebih dan novel ini terselesaikan juga (bacanya ya bukan nulisnya. He he). Divortiare ini saya beli pertengahan September lalu di Gramedia atas rekomendasi dari teman saya. Dan mulai lah saya membaca.

Ceritanya tentang :
Seperti judulnya, novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang banker cantik dan sukses  yang menjadi janda akibat perceraiannya di usianya yang baru 27 tahun. Namun setelah bercerai, Lexy masih cinta sama Beno, suaminya yang berprofesi sebagai dokter bedah jantung ternama di Jakarta. Beno yang terlalu cinta akan pekerjaan dan pasiennya (begitulah menurut Lexy) menjadi pemicu pertengkaran suami istri ini. Akhirnya karena sering bertengkar terus dan Lexy merasa hubungannya dengan Beno kian menjauh, maka Lexy memutuskan untuk bercerai. Setelah bercerai selama dua tahun pun Lexy masih belum berani membangun hubungan dengan pria. Sahabat terbaiknya, Wina, kemudian mempertemukannya kembali dengan Denny, teman kuliah mereka selama di Aussie. Perlahan- lahan, meski belum yakin dengan perasaannya sendiri, Alexandra menerima ajakan dari Denny untuk pacaran dengannya.

Dan menurut saya..
Novelnya bagus secara keseluruhan. Endingnya dan apa yang akan terjadi tidak mudah ditebak. Ceritanya berjalan alami. Bagaimana Lexy melewati hari- harinya. Bagaimana ia berupaya keras untuk melupakan lelaki yang (ia anggap) telah menyakitinya namun ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia masih sangat mencintai Beno dan tidak dapat menghapus nama pria itu dari pikirannya. Novel ini oke karena tidak sinetron. Yang terjadi begini ya begini. Jadi jangan heran kalau pembaca tidak akan menemukan adegan- adegan yang berlebihan. Kalau ada pun ditulis dengan oke. Jadi nyantai bacanya.
Keuntungan lain dari novel ini adalah penulis yang pada kenyataannya juga berkecimpung di dunia yang sama dengan Alexandra membuat cerita ini menjadi lebih hidup dan kita jadi lebih tahu betapa berat dan menantang profesi yang dijalani oleh seorang Alexandra.
Tokoh- tokoh dalam cerita ini diciptakan hampir sempurna. Alexandra yang cantik, berbakat, dan fashionable. Beno si dokter tampan yang cool, mapan, dan bertangan dingin. Ada juga Wina yang seorang fashion editor majalah fashion terkemuka.
Ketika membaca novel ini saya juga berkonsultasi dengan kamus. Novel karangan Ika Natassa ini banyak menggunakan bahasa Inggris. Percakapan antar tokohnya juga banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Jadilah vocabulary saya bertambah sedikit- sedikit. He he. Penggunaan bahasanya juga santai. Tapi ada yang sedikit gimana gitu di beberapa akhir percakapan yang seharusnya menggunakan kata ‘tanya’ namun ditulis ‘kata’ padahal si tokoh sedang bertanya kepada tokoh lain. Well, saya rasa itu tidak terlalu menjadi masalah.
Ngomong- ngomong nih, saya lumayan suka sama karakternya si Beno, meskipun agak terkesan mengabaikan istrinya ya. Namun Beno memiliki komitmen yang baik dan saya rasa alas an dia menjadi dokter bukan demi uang tetapi memang atas dasar kecintaannya terhadap pekerjaan dan juga demi menyelamatkan nyawa orang lain.
Bolehlah novel ini bagi pecinta Metropop. Ada lucunya. Ada sesuatu yang dapat kita pelajari. Dan yang pastinya jika sudah membaca hingga ke bagian yang paling akhir, kita akan membayangkan sendiri, jika menjadi Lexy, bagaimana kita akan bertindak selanjutnya. Buat yang belum punya novel ini dan berencana untuk membeli ataupun yang sudah membeli tapi baru mau mulai baca, selamat membaca J

Sinopsis di belakang…..
Commitment is a funny thing, you know? It’s almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you get one, it sticks to you hard and deep.
“Jadi lebih penting punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?”
Pernah nonton Red Dragon? Aku masih ingat satu adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat bekas luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata, “Our scar has a way to remind us that the past is real.”
Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kebencian luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.
Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang seharusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.
Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn’t want it to.