Pengarang :
Clara Ng
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 352 halaman
Sinopsis :
Imagine having these
people as roommates…
Ini adalah cerita tentang delapan orang biasa- biasa saja
(seperti yang disangka oleh tim kreatif televisi)
…dipilih secara acak…
(seperti yang disangka oleh produser televisi juga)
…tanpa audisi…
…untuk tinggal bersama di sebuah rumah untuk direkam,
kemudian ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia
sebagai acara
hiburan, meraup rating,
meningkatkan citra stasiun televisi
serta
keingintahuan untuk melihat apa yang terjadi
ketika orang- orang tersebut tidak bertingkah sesuai dengan
skrip cerita
dan mulai bersikap berdasarkan realitas.
…as the reality not
out exactly as it had been expected.
Karena pada akhirnya ini adalah…
THE (UN)REALITY SHOW
***
Novel ini menceritakan tentang delapan orang yang dipilih
untuk tinggal bersama di sebuah rumah dan mengisi sebuah acara TV. Awalnya mereka
yang ‘terpanggil’ merasa senang dengan tawaran ini. Namun setelah tinggal
serumah, semua tidak semudah yang dipikirkan.
Empat pria dan tiga wanita dan seorang anak kecil.
Primus, pekerja kantoran di bidang marketing yang menginginkan kehidupan baru.
Feivel, seorang homoseksual yang terlilit utang sehingga
setuju untuk mengisi acara TV ini.
Richard, mantan narapidana yang pendiam.
Jodi, anak muda yang membantu menjaga kios hp bapaknya, suka
menggerutu.
Wendy, gadis berkacamata dengan masa lalu yang kelam.
Tara, anak kos yang hobi meramal dengan kartu tarot.
Meiying, ibu rumah tangga merangkap pebisnis di bidang properti,
memiliki suami dan seorang anak.
dan..
Azuza, anak berusia sepuluh tahun yang tingkat kedewasaannya
jauh melebihi anak seusianya.
Segala aktivitas mereka terekam oleh kamera, kecuali
aktivitas di kamar tidur dan kamar mandi. Rating acara itu melesat bak roket. Mereka
sudah terkenal sekarang. Masing- masing memiliki penggemarnya.
Namun mereka tidak bersantai di rumah itu. Ada tantangan
yang diberikan oleh kru tiap minggunya. Setiap tantangan, suka atau tidak,
tetap harus dilaksanakan. Apakah kedelapan tokoh mampu melewati minggu- minggu
mereka di rumah itu?
***
Selesai membaca novel ini, saya tidak tahu mau bilang, eh, tulis apa. Dari konsepnya unik,
seperti biasa, khas Mbak Clara. Konsep yang jarang ditemui pada novel lain bisa
ditemukan di novel karangan Mbak Clara.
Awalnya semua berjalan dengan biasa saja. Bahkan saya sempat
beranggapan bahwa ini acara apa gitu. Sepertinya tidak ada yang bikin emosi
pembaca ikut meledak- ledak. Isinya seputar dialog delapan orang yang
diceritakan karena mereka disorot kamera.
Dan sebelum membaca novel ini, saya membaca review dari teman- teman bahwa ending novel ini sungguh unpredictable. Itu benar sekali. Jujur saja,
saya sempat bingung dan ternganga saat memasuki bagian akhir cerita ini. Mungkin
karena saya sudah terlalu banyak baca novel roman, dan mumpung saya ini agak
susah mencerna kalau membaca yang agak berat (menurut saya), ya jadinya saya
kurang ngerti bagian akhirnya. Tidak ringan
lah menurut saya novel yang satu ini.
Namun setelah saya berkonsultasi pada Mas Google
tentang *tittt (tidak boleh
disebutkan agar teman- teman membaca sendiri), saya baru mendapat sedikit
pencerahan. Ooohhh….ternyata begitu. Sekali lagi saya ternganga. Meski merasa
ada yang masih sulit dicerna, tapi saya salut dengan penulis. Ide itu
dituangkan secara brilian dengan para tokoh yang diset dalam sebuah acara. Dan,
setelah membaca novel ini, ada hal baru yang saya ketahui. Bagi teman- teman
penggemar karya Clara Ng dan penasaran, yuk coba novel yang satu ini. Selamat
membaca :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar