Pengarang : Stephanie Zen
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal :
288 halamani
Sinopsis
:
Adrienne
Hanjaya, novelis muda berbakat yang buku- bukunya selalu bestseller, mempunyai satu prinsip : Tak boleh ada patah hati yang
tak menghasilkan royalti.
Setiap
kisah cintanya yang berantakan selalu dituangkan Adrienne dalam naskah. Semuanya. Dengan nama tokoh pria yang
sering kali menggunakan nama sebenarnya, dengan ending buruk bagi si tokoh pria dan kebahagiaan bagi si tokoh
wanita. Adrienne berpendapat, para pria itu layak mendapatkannya karena telah
menyia- nyiakan cintanya.
Sampai
akhirnya, Adrienne bertemu Danny Husein, calon dokter muda yang bahkan sempat
dikiranya too good to be true. Kali ini
Adrienne mengira akhirnya ia bisa menulis novel roman yang berakhir dengan
tokoh pria dan wanita bahagia bersama.
Tapi
perkiraan Adrienne salah. Salah satu cowok yang pernah dijadikan tokoh novelnya
memberitahu Danny tentang prinsip menulis Adrienne. Bagaimana reaksi Danny
mendengar itu? Apakah ia memilih meninggalkan Adrienne? Dan berhasilkan
Adrienne membuktikan bahwa ia sungguh- sungguh mencintai Danny?
Review
:
Patah
hati lalu semuanya berakhir? Itu bukan gaya seorang Adrienne Vanessa Hanjaya,
penulis novel romance yang tengah
naik daun. Patah hatinya selalu ia ‘olah’ menjadi sebuah novel yang selalu
mendapat sambutan hangat dari pembaca yang tidak mengetahui bahwa Adri selalu menggunakan nama asli pria yang
menyakiti hatinya sebagai nama tokoh dalam tiap novel Adri.
Suatu
hari, Adri yang terlibat dalam kegiatan bakti social di Tosari bertemu dengan
cowok ganteng yang menarik perhatiannya. Tentu saja Adri tidak tinggal diam. Ia
berusaha mencari celah agar dapat mengenal cowok itu. Dan kesempatan emas itu
datang! Nama cowok itu Danny, seorang calon dokter muda yang sedang koas. Danny
juga anak dokter di puskesmas Tosari. Adri tambah terpesona. Tak kehilangan
akal, agar hubungan mereka tetap berlanjut, Adri meminta diemailkan oleh Danny foto- foto baksos. And she got it!
Sejak
mereka terhubung melalui Facebook, komunikasi mereka semakin lancar. Malahan mereka
semakin dekat. Duh, Adri kembali diserang virus cinta. Kali ini, Adri berharap
hubungannya dengan Danny akan berjalan mulus dan ia dapat menulis kisah dengan
akhir yang bahagia bagi kedua tokoh. Naskah baru pun segera ia ketik.
Seolah
kebahagiaan Adri belum usai, kabar gembira datang lagi. Novel terbarunya,
Reasonable Love, masuk nominasi penghargaan Literature Award. Untuk merayakannya,
Adri mengadakan acara syukuran kecil- kecilan dengan mengajak Keyla (sahabat
terbaiknya), Aidan (abangnya), Anita (pacar Aidan), dan tentu saja Danny. Saat mereka
hendak pulang, Adri tidak menyadari sepasang mata milik (salah satu) mantan
kekasihnya tengah mengamati Adri dan Danny. Ternyata sang mantan mengenal
Danny. Melalui akun Facebook, ia menjalin kembali pertemanan dengan Danny. Ia jugalah
yang menginformasikan kepada Danny mengenai kelicikan Adri dalam memanfaatkan
pria sebagai bahan menulis novel. Danny percaya. Ia kecewa dan merasa
dimanfaatkan oleh Adri.
Belum
cukup sampai disitu, Adri yang baru saja menggondol piala kemenangannya di
ajang Literature Award harus rela dicabut statusnya sebagai pemennag. Pasalnya Adri
dituntut atas pencemaran nama baik dengan menggunakan nama asli pria itu di
novelnya.
The best thing of the
worst point is… you know that it can’t be worse – hal. 186
Kini Adri benar- benar terpuruk. Karirnya hancur, pria yang dicintainya meninggalkannya. Mampukah Adri menyelesaikan masalah hukum yang sedang membelitnya? Sanggupkah Adri membuktikan kepada Danny bahwa ia tidak seperti apa yang Danny kira? Temukan jawaban dan kisah serunya di One Last Chance.
©©©
Boleh
dibilang novel ini saya lahap dalam waktu yang singkat (mengingat biasanya saya
lambat sekali kalau baca novel). Isinya bikin saya penasaran. Bagaimana Adri
yang nekat itu menyelesaikan masalahnya satu per satu. Alur ceritanya juga
menarik.
Ide
ceritanya fresh. Ada unsur baru
sehingga pembaca tidak akan merasa bahwa tema romance hanya itu- itu saja. Saya menyukai cara pengarang merangkai
kata demi kata, bacanya jadi santai. Tak heran ya kalau novel ini cepat cetak
ulangnya.
Saat
memasuki bagian akhir novel ini, saya sempat kepikiran apakah novel ini kisah
nyata yang dialami penulis lalu dituangkan ke dalam novel. *kebanyakan ngayal. He
he..
Pesan
moral yang dapat kita petik dari kisah Adri adalah jangan pernah menggunakan
nama orang lain tanpa seizin dari yang bersangkutan. Kalau kejadiannya sudah
seperti Adri, bukannya repot toh?
Selain
itu, menyimpan dendam, seperti halnya Adri, hanya akan merugikan diri sendiri. Kepuasan
yang didapat setelah berhasil membalaskan dendam hanya berifat sementara. Bagi Adri,
popularitas yang diterimanya malah menjadi boomerang bagi dirinya. So, marilah kita belajar untuk memaafkan
meski untuk melakukannya jauh lebih sulit daripada saat mengucapkannya. Just try! *sok bijak.
Tidak
menyesal menjadikan Metropop yang satu ini sebagai pelengkap koleksi. Bagi teman-
teman yang belum membaca, novel ini saya rekomendasi banget (mumpung masih awal
bulan. He he.) Selamat membaca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar