Judul buku :
Dimsum Terakhir
Pengarang : Clara
Ng
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 365 halaman
Unik. Khas Clara Ng. Begitulah kesan saya. Novel yang satu
ini pun demikian. Dimsum Terakhir merupakan sebuah kisah keluarga yang penuh
haru dan konflik batin dalam pribadi keempat tokoh kembar yang dicipatakan oleh
Mbak Clara.
Siska, Indah, Rosi, dan Novera. Boleh saja mereka kembar
empat. Namun karakter dan jiwa mereka berbeda total. Masing- masing dari mereka
hidup dalam problema yang terpendam selama hidup mereka.
Siska, wanita yang sukses meniti karir di
Singapura dan memiliki prinsip untuk hidup dalam kebebasan. Baginya, pernikahan
bukanlah sesuatu yang terpenting dalam hidupnya. Hubungannya dengan pria tidak
pernah melangkah lebih jauh. Namun dibalik sikapnya yang terkesan angkuh dan
cuek ini tersimpan pengertian dan sisi baik seorang wanita.
Indah, seorang penulis dan wartawan, lebih
serius dalam menanggapi segala hal. Ia tinggal di Jakarta, satu kota dengan
ayahnya, Nung Atasana. Indah juga lah yang anak pertama yang menemani ayahnya
yang terkena stroke di rumah sakit.
Rosi (alias Roni), seorang petani mawar
yang tinggal di Puncak, menyimpan sejuta rahasia. Ia terlahir dengan jiwa
lelaki yang terperangkap dalam tubuh wanita. Namun ia memilih menyembunyikan
jati dirinya yang sebenarnya dan memilih memasang topeng kebohongan.
Novera, guru TK di Yogyakarta yang
terbebani dengan hidupnya sebagai wanita yang tidak sempurna. Kekurangan Novera
membuatnya selalu minder apabila berada di dekat lelaki dan ia ingin
mengabdikan dirinya untuk hidup melayani Tuhan sebagai biarawati.
Empat bersaudara ini yang awalnya tidak kompak dan bercerai
berai dengan terpaksa harus berkumpul kembali demi merawat Ayah mereka yang
terserang stroke. Masa ini menjadi
titik balik dalam kehidupan mereka yang awalnya serba kusut itu. Melalui momen
inilah persoalan demi persoalan yang menghimpit mereka mulai terungkap.
Dalam novel ini juga kita akan dibawa menjelajahi tradisi,
budaya, dan persoalan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat etnis Tionghua
di Indonesia (dalam kisah ini di daerah pecinan di daerah Kota, Jakarta),
berhubung tokoh utamanya, keluarga Atasana, ialah keturunan Tionghua. Serentetan
kejadian masa lalu turut hadir melengkapi perjalanan kisah keluarga Nung.
Melalui perkumpulan kembali ini juga, keempat saudara ini
menjadi lebih saling membuka diri terhadap sesama di antara mereka. Hubungan persaudaraan
mereka menjadi lebih erat. Bersama- sama, mereka merawat Ayah mereka, saling
berbagi kehangatan, dan memecahkan persoalan demi persoalan yang menghantui
hidup mereka.
Sinopsis di belakang buku
Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan
berbeda. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang
menghantui. Dan satu usia biologis yang terus berdetik.
Siska, Indah, Rosi, dan Novera terpaksa harus pulang untuk mendampingi
Ayah yang diprediksi tidak punya harapan hidup lagi. Mereka tak pernah
menyangka bahwa kesempatan berkumpul kembali ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan-
pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk ketakutan,
kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah
sekadar garis tipis.
Dimsum Terakhir adalah drama penuh haru, memikat,
cerdas, dan dituturkan dengan amat indah oleh novelis bestseller Indonesia, Clara Ng. kisah yang ditulis modis dengan
gaya lembut tapi kuat ini menyuarakan keberanian serta kekuatan yang (selalu)
ada di hati kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar