Judul buku : When Toothbrush Meet Love
Pengarang :
A. Paramita
Penerbit :
Glitzy Book Publishing
Tebal :
237 halaman
Setiap orang pasti punya hobi yang berbeda. Begitupula dengan
wanita yang bernama Olifia Anggraini. Namun hobinya ini rada unik. Mengoleksi sikat
gigi. Berbagai jenis, warna, dan ukuran sikat gigi dengan manis menghiasi kamar
mandinya. Suaminya, Barra, sangat memahami hobi istrinya ini. Terkadang ia
sampai menasihati Olif untuk berhenti membeli sikat gigi. Namun ia tidak
menentang hobi Olif. Bahkan, sebelum meninggal (Barra mengalami kecelakaan pas
di malam ulang tahun pernikahannya dengan Olif), Barra sudah mempersiapkan kado
untuk Olif berupa sikat gigi Harry Potter. Ah..
Sepeninggal Barra, Memi, ibu mertua Olif tinggal di rumah
Olif sesuai pesan Barra untuk menjaga dan menemani Olif jika Barra tidak
bersama Olif. Tinggal bersama Memi bagi Olif bagaikan tinggal di neraka. Mereka
tinggal seatap namun hidup sendiri- sendiri. Perang dingin pun sering terjadi
di antara mertua dan menantu itu. Tanpa Olif ketahui, dibalik sikap dingin dan
kurang bersahabat Memi nya itu, Memi sangat menyayangi Olif. Olif mulai menata
kembali hidupnya.
Dan di saat yang bersamaan, muncul dua pria dalam
kehidupannya. Alex dan Angga. Alex adalah klien perusahaan tempat Olif bekerja.
Sedangkan Angga itu sudah seperti anak Memi (mulanya Olif dan Marisa curiga
Memi terlibat hubungan dengan Angga) yang hampir setiap hari dating ke rumah
Olif.
Olif sendiri merupakan karakter yang unik dengan segala
kecerobohan yang sering dilakukannya. Namun ada bagian yang terkesan terlalu
berlebihan dan kurang klop (ini menurut saya lho). Salah satunya seperti dialog Marisa, sahabat Olif, dengan
Olif. Marisa mengatakan bahwa hari itu hari Minggu. Ternyata itu hari Sabtu.
Selain itu, ending
nya juga (seperti) dipercepat gitu. Jadinya nggak dapet deh. Terlihat biasa. Tapi
secara keseluruhan not bad lah. Ada bagian
kocaknya pas si Olif lagi teledor. Awalnya Memi terlihat agak menyebalkan. Namun
setelah tahu bahwa dibalik sikap dingin dan gengsinya, Memi sangat sayang dan
peduli pada Olif, barulah kita tahu
bagaimana perasaan seorang Ibu. Dari sini juga kita diingatkan kembali bahwa
kita tidak boleh menilai buku dari kulitnya saja dan apa yang kelihatan buruk
belum tentu tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar