Pengarang : Cally Taylor
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tebal :
440 halaman
Sinopsis :
Lucy Brown sangat bahagia. Dia akan menikah
dengan lelaki impiannya – dan yang lembut hati, tampan, dan lucu. Segala yang
dia inginkan berada dalam jangkauan. Namun, pada malam sebelum pernikahannya,
Lucy mengalami kecelakaan fatal yang merenggut nyawanya.
Dia ditawari pilihan: naik ke surga namun
terpisah dari belahan jiwanya, atau tetap bersama Dan…gentayangan menjadi
hantunya. Lucy tidak sanggup meninggalkan Dan, walaupun untuk itu ada syarat
yang harus dipenuhi: dia harus mencarikan cinta sejati bagi seseorang yang tak
dikenalnya.
Sayangnya, Lucy kemudian mendapati bahwa
sahabatnya, Anna sudah melakukan upaya gencar untuk mendekati Dan yang sedang
patah hati karena ditinggal tunangannya…
Review :
Apa yang akan kau lakukan saat kau
mengira dirimu akan mati? (hal.7)
Sehari
sebelum hari pernikahannya tiba, sesaat setelah pertengkaran kecil dengan Dan,
tunangannya, dan saat hendak mengambil kotak yang berisi kenangan mereka
berdua, Lucy terjatuh dan meninggal. Kebahagiaannya yang tinggal selangkah lagi
direnggut. Ironis. Tapi itulah yang harus dihadapinya.
Setelah
meninggal, Lucy diberi dua pilihan. Melanjutkan perjalanannya ke surga atau
menjadi hantu dengan terlebih dahulu menyelesaikan satu tugas dalam waktu dua
puluh satu hari dan harus berhasil. Jika tidak, Maka bersiaplah untuk ke surga.
Lucy ragu. Kalau ia memilih langsung ke surga, ia dapat bertemu dengan orang
tuanya langsung. Tapi ia juga masih sangat mencintai Dan dan ingin menjadi
hantu agar dapat tetap berada di sisi Dan. Akhirnya ia memilih untuk
menyelesaikan tugas agar bisa menjadi hantu. Petualangan dua puluh satu hari di
Bumi pun dimulai….
Saat
kembali, Lucy senang melihat dirinya yang tidak berubah. Itu artinya Dan dapat
mengenalinya. Ia tinggal di Rumah Calon Hantu, rumah yang ia tempati bersama
dua calon hantu lainnya, Brian dan Claire. Brian sama sekali bukan tipe yang
disukai Lucy tapi pria itu setidaknya lebih ramah daripada Claire yang –
menurutnya – bermasalah dan langsung tidak menyukai Lucy.
Segera, Lucy
menemui Dan. Tapi ia harus kecewa karena Dan tidak dapat mendengar apa yang
dikatakan Lucy. Ya, Lucy menjadi bisu dan wajahnya sedikit mengalami perubahan
saat ia bertemu dengan orang yang dikenalnya semasa ia hidup. Maka, sambil
berusaha untuk mendekati Dan, Lucy memulai tugas dua puluh satu harinya agar
waktu yang ia miliki tidak terbuang sia- sia.
Tugasnya
adalah mencari cinta sejati untuk Archibald Humphreys Smythe, seorang pria yang
bekerja di bidang komputer. Mengetahui namanya saja Lucy sudah setengah hati.
Awalnya memang sulit. Untuk mengenal Archie, panggilan Lucy untuk targetnya,
Lucy melamar pekerjaan di kantor tempat Archie bekerja. Betapa kagetnya Lucy
saat melihat sosok Archie. Jauh dari harapannya. Namun tugas tetap harus
dijalankan. Lucy akan mengupayakan segala cara agar bisa menemukan jodoh bagi
Archie.
Selain
masalahnya sendiri, Lucy juga berencana membantu teman serumahnya menyelesaikan
tugas. Meski ia sendiri diburu waktu, mengetahui keduanya kehilangan harapan
membuat Lucy tidak tega untuk mengabaikan mereka. Setidaknya mereka sekarang
sudah seperti keluarganya.
Di lain
tempat, salah satu sahabat Lucy, Anna sedang giat- giatnya mendekati Dan. Lucy tidak
bisa membiarkan ini terjadi. Ia ingin berontak tapi tak mampu. Alhasil ia hanya
bisa diam- diam menguntit mereka kalau tidak mau ketahuan dan ia diseret
langsung ke surga.
Hari berlalu
dan tidak ada tanda- tanda Lucy mampu menyelesaikan tugasnya. Ia malah sempat
bertengkar dengan Archie gara- gara nenek Archie. Ya, nenek Archie sangat tidak
menyukai Lucy, begitu pula sebaliknya. Lucy yang kehilangan kendali menyiram
nenek Archie saat makan malam dan Archie marah.
“Apa pun yang terjadi,
Lucy,” katanya, “entah kau berhasil melaksanakan tugasmu atau
tidak, pastikan kau melakukan yang seharusnya. Pokoknya berjanjilah kepadaku” (hal. 398)
Sementara itu,
waktu sudah hampir habis. Lucy sudah hampir pasrah. Apalagi ia yang awalnya
dengan semangat akan membantu tugas Brian. Sanggupkah Lucy menyelesaikan
tugasnya dan juga tugas Brian? Bagaimana Lucy memanfaatkan waktu yang semakin
singkat di tengah kekacauan yang terjadi? Ikuti kisah hangat dan mengharukan perjalanan
Lucy dan kawan- kawan di Heaven Can Wait.
ÙÙÙ
Ada rasa hangat yang menyusup saat membaca dan
setelah selesai membaca novel ini. Novel perdana Cally Taylor ini mengingatkan
saya pada film Fly Me to Polaris dan 49 Days. Cara Cally menuliskannya juga
bagus dan emosinya pas. Cerita dan konfliknya dibangun dengan kuat. Awalnya saya
mengira akan seperti apa hidup Lucy dengan sekawanan geek di kantornya. Ternyata seru juga. Lebih seru lagi saat Lucy
mencari jodoh untuk Archie – neneknya tidak ketinggalan – dan bagian saat Lucy
membantu Brian untuk menyelesaikan tugas demi mencapai impian Brian, menghantui
stasiun Paddington. Mengharukan sekali.
Sayangnya ada beberapa bagian
terjemahannya yang bikin kurang nyaman saat membacanya yang untungnya lebih
terasa di awal cerita, jadinya pas sudah agak ke tengah dan belakang, sudah
lumayan ngalir sehingga saya bisa (kembali) menikmati cerita. Bagi teman- teman
pecinta chicklit, novel yang satu ini
boleh jadi rekomendasi saya. Selamat membaca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar