Pengarang :
Orizuka
Penerbit :
Puspa Populer
Tebal :
216 halaman
Sinopsis
:
SMA Athens memang sekolah elite. Tapi, masih
ada satu yang kurang. Athens nggak punya ekskul sepakbola. Ini yang membuat
Lando, Rama, Sid, dan Cokie selama dua tahun selalu datang terlambat. Empat
siswa paling top dan keren di Athens itu protes. Yang diprotes, siapa lagi kalo
bukan guru olahraga mereka yang terkenal galak, Godzilla, eh, Gozali
sebenarnya. Berhasil? Ternyata tidak. Hukuman Gozali malah semakin berat dari
hari ke hari dan benar- benar membuat mereka harus tebal muka. Belum lagi
mereka punya satu tugas, yaitu menyelamatkan Julia agar bisa masuk kelas
khusus. Berhasilkah mereka mendirikan ekskul sepakbola dan menyelamatkan Julia?
Langsung saja baca cerita lengkapnya.
Review
:
Setelah
penasaran abis dengan seri pertama dan kedua HSP (seri ketiganya sudah duluan
dibaca dan direview), akhirnya nemu juga novel ini. Buku pertama lebih
menceritakan perjuangan perjuangan Sid dan kawan- kawan dalam mengupayakan
terbentuknya ekskul bola yang selalu ditentang oleh Gozali, guru olahraga
mereka. Sebagai bentuk protes pada pihak sekolah (tepatnya Gozali), keempat
anak ini sengaja datang terlambat setiap hari. Mereka rela dihukum oleh Gozali
setiap pagi agar keinginan mereka didengar.
“Tidak akan. Kalian
lah yang akhirnya akan capek dan menyadari kalau kalian cuma sekelompok anak-
anak bodoh.” (Gozali di hal. 20 )
Namun Gozali
tampaknya menyukai permainan ini. Hukuman yang diberikannya semakin bervariasi
dan tidak ada tanda- tanda ia akan mengizinkan anak- anak untuk membentuk
ekskul bola. Hal ini membuat Sid dan teman- temannya semakin membenci Gozali.
Bahkan Rama sudah berdiskusi dengan tantenya yang adalah kepala sekolah Athens
agar ekskul bola boleh dibentuk. Namun kepala sekolah menghargai apa yang
diputuskan oleh Gozali. dan keempat anak itu tidak akan menyerah. Mereka
semakin bersemangat untuk membuat Gozali naik darah setiap paginya.
“Kalau begitu,
Bapak sepertinya harus menyiapkan energi ekstra,” kata Lando, membuat Gozali
menatapnya. “Sepertinya kami bakal terus terlambat selama Bapak belum
mengizinkan kami membentuk ekskul bola.” (hal. 20)
Hingga suatu
pagi mereka kedatangan ‘anggota’ baru. Sebenarnya ada dua, Julia dan Aida. Tapi
karena Gozali tahu bahwa keterlambatan Aida bukan disengaja, cewek itu tidak
dihukum. Lain hal dengan Julia yang sudah capek- capek mengarang alasan agar
tidak dihukum, gadis itu malah ikut dihukum bersama keempat aset Athens itu.
Jadilah mereka berenam (karena Aida ngotot ikut dihukum juga setelah Julia
protes) disetrap di tengah lapangan basket hingga jam pelajaran pertama
selesai.
Ternyata
keterlambatan Julia menjadi rutinitas setiap pagi hingga akhirnya Gozali
memutuskan untuk menyamakan hukuman Julia dan keempat temannya yang lain. Julia
malah sering terlambat plus sering ketiduran di sela- sela hukuman. Cewek itu
nampaknya kecapekan. Bahkan Julia ambruk saat hukuman lari dimulai. Ia mimisan
dan korbannya adalah Sid, yang menyanggah Julia sebelum cewek itu akhirnya
pingsan dan darahnya merembes mengenai seragam Sid. Meski Sid selalu beradu
mulut dengan Julia, ia juga khawatir saat Julia drop. Terlebih saat ia mendengar pengakuan Julia yang berusaha
mati- matian untuk pintar. Sid lalu menceritakan hal itu kepada teman- temannya
dan mereka langsung didera oleh rasa penasaran mengapa Julia berusaha sekeras
itu.
Keempat
cowok itu kemudian tahu alasan Julia ngotot ingin pintar dan masuk kelas
khusus. Ternyata ayah Julia bangkrut dan tidak bisa membiayai Julia untuk
bersekolah di Athens. Sedangkan Julia sangat ingin menamatkan SMA nya disana.
Untuk itulah Julia berusaha keras agar nilainya bisa mencukupi untuk masuk
kelas khusus. Ia bahkan bekerja paruh waktu untuk mendapatkan biaya tambahan.
Tentu saja
keempat anak itu tidak tinggal diam. Sid yang pertama mengetahui hal itu,
langsung menawarkan Julia untuk bekerja di Hilarious, café milik Rama, yang langsung disetujui oleh Rama. Sambil bekerja
disana, keempat cowok pemegang ranking pararel di Athens (inilah yang menjadi
alasan mereka tidak dikeluarkan dari Athens) akan mengajari dan membantu Julia
agar cewek itu bisa masuk kelas khusus.
“Jadi, semua orang
udah repot buat proyek ini,” kata Sid dengan gaya sok. “Proyek lima orang
jenius membantu satu orang idiot. Namanya Saving-Idiot-Julia.”
(hal. 92)
Maka mereka
berenam berlomba dengan waktu yang terbatas. Fokus untuk mendirikan ekskul –
sementara – berganti menjadi fokus untuk mempertahankan Julia di Athens. Cokie,
Lando, Rama, dan Sid, juga Aida tak lelah mengajari Julia.
“Kita boleh nyesel
kalo belum usaha. Tapi, kita udah berusaha sebisa kita kan?”
(Lando di hal. 187)
Apakah
proyek penyelamatan Julia berhasil? Bagaimana dengan usaha keempat anak itu
dalam mendirikan ekskul bola idaman mereka? Ikuti kisah indah dan menggemaskan persahabatan
mereka dalam High School Paradise.
Seperti
biasa, saya suka dengan novel- novel karangan Mbak Ori. Yang ini juga. Kisah
persahabatan empat cowok (plus dua cewek) yang berbeda sifat dan latar belakang
ini dikemas dengan apik. Ceritanya ringan tapi tidak membosankan. Membaca HSP
ini bisa buat saya ngakak sendirian di kamar. Bahasanya luwes dan ala remaja
tapi tidak berlebihan dan tidak bikin capek bacanya.
Secara
keseluruhan, novel ini oke dan bikin yang bacanya ikutan semangat. Recommended
bagi pecinta novel (apalagi novel remaja). Selamat membaca :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar