Daftar Review

Kamis, 27 September 2012

Chemistry Cinta di Wakatobi


Judul            : Chemistry Cinta di Wakatobi
Pengarang     : Dedi Oedji
Penerbit        : PT Elex Media Komputindo
Tebal           : 336 halaman

Ini novel yang saya tunggu- tunggu dan akhirnya kesampean juga bacanya. Berawal dari sinopsisnya yang menggoda hingga akhirnya novel ini berhasil membuat saya menang di giveaway yang diselenggarakan oleh salah satu blogger buku, Mbak Nana. Sekali lagi, thanks ya Mbak. He he..
Well, berhubung sinopsisnya sudah pernah saya bahas kemarin di sini, maka saya langsung ke review novel ini saja ya.
———
Bagas, seorang mahasiswa yang tak kunjung selesai menamatkan studinya di bangku perkuliahan karena sibuk mengikuti kegiatan kampus, harus berjuang untuk menggarap skripsi demi memenuhi janjinya kepada (alm.) ayahnya untuk mengenakan toga. Berkat jodoh yang terjalin kembali dengan sahabat lamanya, Anisa, jadilah Bagas menggarap skripsinya di Wakatobi, tanah kelahiran Anisa.
Anisa jugalah yang menjadi pemandu Bagas untuk riset ke Wakatobi sekaligus cuti panjang. Namun Anisa harus kembali ke Jakarta karena ia tidak setuju untuk ditunangkan dengan Zubair Abdullah, pengusaha kaya asal Wakatobi.
Sebagai penggantinya, Anisa meminta saudara angkatnya, Wa Dambe, untuk menemani Bagas selama penelitian. Wa Dambe lah yang mengantar Bagas ke perkampungan Sampela untuk wawancara dan mengamati suku Bajo yang ada di perkampungan itu. Ia juga yang menjadi penerjemah antara Bagas dan nelayan yang diwawancarai. Wa Dambe sangat baik. Tidak pernah sekalipun ia mengeluh karena bolak- balik Sampela- Kadelupa bersama Bagas.
Di sela- sela penelitiannya, Bagas mendapati bahwa Wa Dambe buta huruf saat perempuan itu mengatakan bahwa ia sangat mengagumi Anisa yang berhasil diliput oleh majalah nasional namun ia tidak mengerti isi berita mengenai Anisa. Bagas berniat untuk mengajari Wa Dambe membaca dan menulis. Awalnya Wa Dambe menolak. Ia telah hidup dalam tradisi sukunya yang mengganggap bahwa pendidikan tidak diperlukan oleh kaum wanita. Tapi Wa Dambe akhirnya mau juga setelah mendengar penjelasan dan bujukan Bagas.
Wa Dambe yang sangat tekun berlatih akhirnya bisa membaca dan menulis. Ia bahkan mengajari perempuan- perempuan Bajo lainnya membaca dan menulis. Tentu saja setiap momen berharga itu tidak lupa Bagas abadikan. Sebagai dedikasinya terhadap kebaikan Wa Dambe, Bagas akan mengikutsertakan foto- foto Wa Dambe ke dalam kontes fotografi dengan tema kegigihan perempuan Bajo.
Ketika Anisa mengetahui hal itu, ia marah besar. Awalnya ia merasa Bagas mengeksploitasi Wa Dambe. Ternyata alas an sebenarnya adalah karena Anisa takut karirnya yang sedang memuncak akan hancur jika publik mengetahui bahwa salah seorang aktivis gender yang gencar membicarakan isu pemberdayaan perempuan ternyata memiliki saudara angkat yang buta huruf. Namun Bagas bersikeras. Persahabatan keduanya harus berakhir.
Kepada Anisa Bagas mengaku bahwa ia mencintai Wa Dambe. Ada getaran khusus pada diri Bagas saat tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Wa Dambe. Inilah chemistry  yang ia temukan pada Wa Dambe yang belum pernah ia temukan pada Anisa. Ditambah lagi kesederhanaan dan ketulusan Wa Dambe dalam menjalani hidup mendapat nilai plus di mata Bagas.

Perempuan mana pun di dunia ini, bila dipilihkan, pasti tak akan ada yang memilih untuk melakoni hidup menjadi Wa Dambe Bagas, hal. 306

Kata orang bijak, kecantikan seorang wanita bukan dilihat dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita akan terlihat dari matanya karena itulah pintu hatinya tempat cinta dan kasih itu ada. Andre, hal. 256-257

Saat Wa Dambe dihakimi massa karena ia hamil di luar nikah, perempuan itu putus asa. Ia merasa hina. Di saat itulah Bagas datang menawarkan cintanya yang tulus. Ia bersedia menikahi Wa Dambe dan menjadi Ayah dari bayi yang akan dilahirkan Wa Dambe nanti. Lalu apakah masalah selesai begitu saja? Begaimana perekembangan hubungan Bagas dengan Wa Dambe? Ikuti kisah selengkapnya di novel ini.
———
Sepertinya saya kebanyakan mereview kisah percintaan Bagas ya. Mengenai tulisan akan potensi Wakatobi boleh dibilang cukup detil. Bagi pembaca yang masih asing mengenai Wakatobi seperti saya, mengikuti kisah Bagas memberikan saya informasi baru dan gambaran seperti apa sih Wakatobi itu. Bagaimana kehidupan masyarakat disana dan seperti apa kondisi fisik pulau itu.

Dibaca dari sinopsisnya, novel ini sangat menarik. Dan setelah saya baca, di bagian awal, saya sempat merasa sedikit bosan. Dialog antara Bagas dengan Anisa (menurut saya) terasa monoton. Belum greget. He he. Tapi syukurlah semakin saya baca, ceritanya semakin menarik. Semangat saya jadi naik lagi. Endingnya juga bikin kaget karena tidak terduga akan seperti itu jadinya.
Sayangnya, penulis kurang konsisten dalam bermain kata. Di bagian depan, terjadi beberapa kali perubahan ejaan untuk benda yang sama, yaitu beker. Sebentar ditulis weker, sebentar beker. Selain itu, pada bagian depan juga dimana ketika diceritakan Bagas yang terkenang akan Ayahnya, tidak diberi batasan antara masa yang telah lewat dengan masa kini. Kalau bisa dibuat agak berbeda (biasanya diitalic) jadi pembaca tidak kebingungan.

But, secara keseluruhan, saya menyukai isi cerita ini. kombinasi antara tema percintaan dan pesona alamnya pas. Tidak dideskripsikan secara berlebihan namun cukup untuk menyampaikan informasi yang mendasar. *novel ini bagus juga untuk mempromosikan Wakatobi. Jadi yang sudah selesai baca dan penasaran, bisa terbang ke sana deh.he he..
Permulaan yang bagus, Mas Dedi. Semoga novel berikutnya bisa tambah seru. Bagi teman- teman yang tertarik, novel ini dapat dibeli di toko buku di kotamu. Selamat membaca J

7 komentar:

  1. harus punya!

    btw, makasih ya reviewnya, jarang yang baca dan ngereview ni buku, jadi agak ragu pas mau beli :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..nurut sy sih oke..pas sama selera sy..
      Iya, msh jrg yg bc..
      Oke.sama" Mbak :)
      Selamat membaca :D

      Hapus
  2. Hehe. Aku jg uda slesai baca, tp blum sempet review. Rencananya baru besok or lusa lah. Jadi pengen ke Wakatobiiii...!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Nana : iya nih..sampe sy search di web ttg Resort Patuno..ayuuk kita ke Wakatobi :)

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. review yang menarik,walau ga begitu suka novel genre seperti ini..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih :) boleh dicoba manatau dr yg nggak suka bisa jd tertarik .. hehe....

      Hapus