Pengarang :
Dahlian
Penerbit :
GagasMedia
Tebal :
244 halaman
Sinopsis :
Kau membuat semuanya terasa mudah.
Kau tak mendesakku untuk langsung percaya – kau menunggu.
Kau tak berjanji akan membuat luka di hatiku benar- benar sembuh, tapi kau
bersedia menangis dan merasakan sakitnya bersamaku. Tak peduli sebanyak apa aku
menyangkal arti dirimu, kau tetap di sini bersamaku.
Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa dirimu. Aku tak bisa
membayangkan hari- hari tanpa senyumanmu. Bagaimana rasanya hidup tanpa suara
tawamu? Aku tak tahu. Aku tak ingin
tahu.
Jadi, beri aku sedikit waktu.
Aku akan berusaha semampuku sampai bisa mencintaimu sebesar
kau mencintaiku.
Sedikit waktu lagi
sampai aku layak mendapatkanmu….
Review :
Erick Corsair, salah satu pilot pesawat tempur yang
berwibawa, merasa sudah kehilangan segalanya saat ia mengalami kecelakaan yang
menyebabkan kakinya lumpuh. Keluarganya seolah menjauhinya. Erick pikir hanya Agnes, tunangannya, yang mengerti
dan menerima dirinya apa adanya. Ternyata wanita itu juga sama. Agnes
meninggalkannya. Erick benar- benar hancur.
Ia merasa lebih baik mati saja. Hidupnya sudah tidak
berguna. Hari- harinya akan ia lewati bersama kursi roda. Sendiri tanpa ada
yang menemani. Namun ada seorang wanita yang senantiasa menunggunya.
Ia adalah Rhenata, suster yang bekerja di rumah sakit tempat
Erick dirawat. Awalnya Rhenata kaget melihat bahwa Erick yang dirawat ini
adalah Erick yang mencuri hatinya saat ia praktek di RUSPAU Lanud Iswahjudi dulu.
Ia tidak menyangka hal ini akan menimpa Erick. Tapi perasaannya terhadap Erick
masih sama dan tidak berubah.
Rhenata bertekad untuk mengembalikan semangat hidup Erick.
Ia mengerti kondisi Erick membuat pria itu tidak dapat menerima dirinya
sendiri. Oleh karena itu, dengan tekun ia berinteraksi dengan Erick, namun
tidak ada reaksi dari pria itu. Erick tidak pernah merespon apalagi menjawab
pertanyaannya. Erick malah mengganggap Rhenata sangat mengganggunya. Rhenata
sendiri bukanlah wanita yang mudah putus asa. Demi membuat Erick kembali, ia
akan berusaha terus.
Kondisi Erick sedang labil membuat ia menganggap semua niat
baik Rhenata sebagai gangguan dan Erick tidak menyukainya. Sampai suatu hari
ketika ia hilang kendali dan membuat Rhenata terluka. Sejak peristiwa itu, ia
semakin tidak tenang. Ada yang mengusik hatinya. Tapi Erick bersikeras bahwa
itu hanyalah rasa bersalah karena telah melukai Rhenata, tidak lebih.
Rhenata tidak
mengerti mengapa ke mana pun langkah kaki membawanya, dirinya hanya membentur
dinding? Mengapa dinding itu malah semakin tebal setiap kali ia mencoba untuk
merubuhkannya? Semakin keras ia berjuang, tenaganya semakin terkuras. Namun,
dinding itu tetap bergeming. Tetap berdiri tegak bahkan tanpa tergores
sedikitpun. Semakin keras ia berusaha semakin merasa tak punya harapan. Apakah karena
ia mencintai lelaki itu? Itukah yang membuatnya lemah? Tapi, bukankah
seharusnya cinta membuatnya kuat? (hal. 68)
Ketika Rhenata sudah tidak memerhatikan Erick seperti
biasanya, barulah Erick merasa kehilangan. Ia tidak dapat menyangkal
perasaannya bahwa ia menyukai Rhenata. Perlahan Erick membuka hati untuk
Rhenata, mencoba meraih kembali kepercayaan diri yang sudah lama menghilang.
Sanggupkah Rhenata menunggu lebih lama lagi? Ikuti kisah mereka dalam The
Pilot’s Woman.
ñ
Setelah sempat kecewa sama After Office Hours-nya Dahlian
dan Gielda Lafita, kali ini kekecewaan saya terobati dengan The Pilot’s Woman.
Masih bernuansa roman, Dahlian berhasil mengaduk- aduk perasaan saya di awal
saya membaca novel ini.
Karakter Rhenata yang gigih dan sifat Erick yang ketus
(karena ia sedang tertekan) menjadi bumbu- bumbu yang membuat saya enjoy membaca novel ini. Salut sama
Rhenata yang sabar banget menghadapi Erick. Sebaliknya Erick juga pria yang
beruntung di tengah kondisinya yang tidak sempurna.
Konfliknya sendiri tidak berat tapi alurnya pas. Hanya saja
saat saya semakin semangat membaca, rasa serunya berkurang. Mungkin karena di
bagian awal sudah ketemu Erick yang dingin, terus memasuki pertengahan, Erick
mulai berubah, jadi emosinya sudah habis. He he..
Typo masih ada
tapi saya cukup menikmati hingga akhir cerita. Secara keseluruhan, novel ini
lumayan. 3,3 dari 5 untuk The Pilot’s Woman ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar