Dance For Two
Tyas Effendi
Tyas Effendi
GagasMedia
238 halaman
Sinopsis :
Dear editor,
Saya
terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu
mengacaukan kata- kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala
huruf- huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang
saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru
yang kamu suka.
Ini
tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada
satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling
jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa
putus yang tercetak di atas peta saya.
Saya
tidak ingin selamanya menjadi rahasia. Saya
hidupkan kamu dalam cerita.
Review:
Cinta bisa datang kapan saja, tanpa melihat
kondisi. Begitulah yang dialami oleh Caja Satyasa Hasan. Ia jatuh cinta pada
Albizia Falcataria, pria Indonesia yang mengenyam pendidikan di Kopenhagen,
meski belum mengenal pria itu secara resmi. Caja tidak berani berkenalan dengan
Al, jadi ia rela menjadi pengagum rahasia pria itu.
Caja sangat memerhatikan Al. Terutama ketika
Al dan teman- temannya berkunjung ke café
milik Nenek Caja, Caja selalu menghidangkan makanan yang lebih spesial
untuk Al. Caja bahkan – mencari – tahu segala tentang Al. Al yang hobi foto, Al
yang masih terikat pada masa lalunya. Ah, memikirkan itu hanya membuat Caja
sedih. Sampai kapan pun Al tidak akan menyadari keberadaannya.
Mungkin seorang gadis yang duduk di pinggir sebuah
danau di Kopenhagen dengan sahabat laki- lakinya itu sangat polos. Mungkin gadis
itu sangat naif. Mungkin semua yang ia katakan saat itu hanya akan ada di
kehidupan fiksi, sama sekali tidak akan ada di kehidupan nyata. Ia benar- benar
bodoh kalau meyakini seorang pasangan hidup hanya dengan mengamatinya ribuan
hari saja. Benar- benar bodoh. (hal. 154)
Caja harus berhenti menjadi pengagum rahasia
Al saat pria itu kembali ke Indonesia. Ia menuangkan kisahnya dengan Al, yang
mungkin tidak diingat oleh Al, ke dalam sebuah novel. Sebelum Caja kembali ke
Yogyakarta, kota ia dibesarkan sebelum pindah ke Kopenhagen, terlebih dahulu novelnya
ia email ke Bunda untuk dikirim ke
penerbit.
Dan takdir kembali mempertemukan mereka. Caja
begitu kaget saat mengetahui bahwa editor novelnya adalah Al. Ternyata Al
tinggal di Yogyakarta. Perasaan Caja campur aduk. Begitu pula dengan Al. Meski awalnya
Al tidak sadar mengenai isi novel Caja, namun setelah membaca lebih jauh, Al
merasa kisah tokoh dalam novel itu sangat mirip dengan kisahnya.
Al baru tersadar saat ia menghadiri konser
balet Caja. Ia begitu terpesona oleh Caja. Namun sanggupkah ia melepaskan Ni
Luh, kekasih hatinya yang sudah lama tiada? Mengapa saat membaca ending novel Caja (Caja memutuskan untuk
tidak mengharapkan Al lagi dan memilih bersama dengan Nikolaj, sahabatnya),
hatinya terasa sakit?
Al tahu ia sudah jatuh cinta pada Caja. Mereka
berdua saling mencintai. Tetapi mereka seolah menyiksa diri. Keduanya hilang
kontak. Dan saat Al sudah siap, ternyata Caja tidak lagi tinggal di Indonesia. Apakah
takdir akan mempertemukan mereka kembali? Ikuti kisah mereka dalam Dance For
Two.
©
Sederhana
tapi rumit. Lah, kok bisa begitu? Kisah cinta yang kalau hanya kita ikuti sekilas
memang tampaknya sederhana. Menjadi pengagum rahasia dan mengalami yang namanya
cinta sepihak sudah biasa ditemui. Namun yang membuat rumit disini ialah bagaimana
pembaca diajak untuk merasakan segala upaya Caja dalam mengenal Al.
Menggunakan
dua sudut pandang, dari sisi Al dan dari sisi Caja, membuat pembaca dapat
langsung mengetahui interaksi antar tokoh dan kegalauan yang mereka hadapi. Meski
ini bukan kisah yang sarat konflik sampai membuat emosi pembacanya naik, namun
saya cukup menikmati setiap bab kisah Caja-Al sehingga saya membacanya sampai
tamat.
Hanya
saja, saat membaca bagian yang menjadi bagian novel yang ditulis Caja, saya
merasa seperti membaca buku harian Caja, bukan membaca novel yang sedang
diedit. Tapi bahasa yang digunakan penulis tidak ribet dan mudah dimengerti
sehingga enak saat dibaca. Secara keseluruhan, okelah. Bagi penyuka novel roman
dengan konflik yang tidak terlalu menonjol, novel ini bisa menjadi rekomendasi
untuk teman- teman. Selamat membaca J
Suka banget sama novel ini :)
BalasHapussimpel- simpel gimana gitu ya..hehe..sabar banget si Caja nya :)
Hapus