Daftar Review

Minggu, 01 Juni 2014

Dance For Two - Tyas Effendi


Dance For Two
Tyas Effendi
GagasMedia
238 halaman

Sinopsis :
Dear editor,
Saya terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu mengacaukan kata- kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala huruf- huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru yang kamu suka.

Ini tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa putus yang tercetak di atas peta saya.
Saya tidak ingin selamanya menjadi rahasia.  Saya hidupkan kamu dalam cerita.

Review:
Cinta bisa datang kapan saja, tanpa melihat kondisi. Begitulah yang dialami oleh Caja Satyasa Hasan. Ia jatuh cinta pada Albizia Falcataria, pria Indonesia yang mengenyam pendidikan di Kopenhagen, meski belum mengenal pria itu secara resmi. Caja tidak berani berkenalan dengan Al, jadi ia rela menjadi pengagum rahasia pria itu.

Caja sangat memerhatikan Al. Terutama ketika Al dan teman- temannya berkunjung ke cafĂ© milik Nenek Caja, Caja selalu menghidangkan makanan yang lebih spesial untuk Al. Caja bahkan – mencari – tahu segala tentang Al. Al yang hobi foto, Al yang masih terikat pada masa lalunya. Ah, memikirkan itu hanya membuat Caja sedih. Sampai kapan pun Al tidak akan menyadari keberadaannya.

Mungkin seorang gadis yang duduk di pinggir sebuah danau di Kopenhagen dengan sahabat laki- lakinya itu sangat polos. Mungkin gadis itu sangat naif. Mungkin semua yang ia katakan saat itu hanya akan ada di kehidupan fiksi, sama sekali tidak akan ada di kehidupan nyata. Ia benar- benar bodoh kalau meyakini seorang pasangan hidup hanya dengan mengamatinya ribuan hari saja. Benar- benar bodoh. (hal. 154)

Caja harus berhenti menjadi pengagum rahasia Al saat pria itu kembali ke Indonesia. Ia menuangkan kisahnya dengan Al, yang mungkin tidak diingat oleh Al, ke dalam sebuah novel. Sebelum Caja kembali ke Yogyakarta, kota ia dibesarkan sebelum pindah ke Kopenhagen, terlebih dahulu novelnya ia email ke Bunda untuk dikirim ke penerbit.

Dan takdir kembali mempertemukan mereka. Caja begitu kaget saat mengetahui bahwa editor novelnya adalah Al. Ternyata Al tinggal di Yogyakarta. Perasaan Caja campur aduk. Begitu pula dengan Al. Meski awalnya Al tidak sadar mengenai isi novel Caja, namun setelah membaca lebih jauh, Al merasa kisah tokoh dalam novel itu sangat mirip dengan kisahnya.

Al baru tersadar saat ia menghadiri konser balet Caja. Ia begitu terpesona oleh Caja. Namun sanggupkah ia melepaskan Ni Luh, kekasih hatinya yang sudah lama tiada? Mengapa saat membaca ending novel Caja (Caja memutuskan untuk tidak mengharapkan Al lagi dan memilih bersama dengan Nikolaj, sahabatnya), hatinya terasa sakit?

Al tahu ia sudah jatuh cinta pada Caja. Mereka berdua saling mencintai. Tetapi mereka seolah menyiksa diri. Keduanya hilang kontak. Dan saat Al sudah siap, ternyata Caja tidak lagi tinggal di Indonesia. Apakah takdir akan mempertemukan mereka kembali? Ikuti kisah mereka dalam Dance For Two.
©

Sederhana tapi rumit. Lah, kok bisa begitu? Kisah cinta yang kalau hanya kita ikuti sekilas memang tampaknya sederhana. Menjadi pengagum rahasia dan mengalami yang namanya cinta sepihak sudah biasa ditemui. Namun yang membuat rumit disini ialah bagaimana pembaca diajak untuk merasakan segala upaya Caja dalam mengenal Al.

Menggunakan dua sudut pandang, dari sisi Al dan dari sisi Caja, membuat pembaca dapat langsung mengetahui interaksi antar tokoh dan kegalauan yang mereka hadapi. Meski ini bukan kisah yang sarat konflik sampai membuat emosi pembacanya naik, namun saya cukup menikmati setiap bab kisah Caja-Al sehingga saya membacanya sampai tamat.

Hanya saja, saat membaca bagian yang menjadi bagian novel yang ditulis Caja, saya merasa seperti membaca buku harian Caja, bukan membaca novel yang sedang diedit. Tapi bahasa yang digunakan penulis tidak ribet dan mudah dimengerti sehingga enak saat dibaca. Secara keseluruhan, okelah. Bagi penyuka novel roman dengan konflik yang tidak terlalu menonjol, novel ini bisa menjadi rekomendasi untuk teman- teman. Selamat membaca J


2 komentar:

  1. Suka banget sama novel ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. simpel- simpel gimana gitu ya..hehe..sabar banget si Caja nya :)

      Hapus