Pengarang :
Agnes Jessica
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 240 halaman
Sinopsis
:
Setelah mamanya meninggal, Lianka baru tahu
bahwa ia cucu wanita kaya raya yang tinggal di sebuah rumah besar beratap
bugenvil. Banyak rahasia dalam rumah itu, menyangkut almarhum ayahnya dan
seluruh keluarga neneknya yang tidak terlalu harmonis.
Ia baru tahu bahwa ia sepupu Prisil, gadis
angkuh teman sekolahnya. Feriz, anak baru di sekolahnya, ternyata tinggal di
rumah itu juga. prisil jatuh cinta pada Feriz, tapi pemuda itu bersikap dingin
terhadap setiap gadis yang mendekatinya.
Kenyataan bahwa neneknya yang tidak peduli
terhadap keluarganya tapi malah menerima orang asing di rumahnya membangkitkan
keingintahuan Lianka. Mengapa neneknya menerima Feriz tinggal di rumah itu?
dapatkah Lianka menyibak rahasia yang dipendam sang nenek? Apa pula rahasia
yang disimpan Feriz?
Review
:
Tidak ada orang, bahkan Lianka sendiri, yang
menyadari hidupnya berputar seratus delapan puluh derajat dalam waktu singkat. Ia
yang tinggal di daerah kumuh tiba- tiba menjadi cucu nenek kaya dan yang
mengejutkannya ialah Prisil, Pascal, dan Linus adalah sepupunya. Padahal hubungan
mereka tidak begitu baik. Lianka nekat pergi ke rumah neneknya sesuai pesan
dari almarhum mamanya, mengaku bahwa ia putri dari Bernard, ayahnya yang telah
meninggal, Oma Tin, begitu Lianka memanggilnya, langsung percaya tanpa
menyelidiki asal usul Lianka terlebih dahulu. Ia juga disuruh untuk tinggal
bersama Oma di rumah beliau yang ditanami begitu banyak bugenvil.
Lianka juga terkejut saat mengetahui Feriz,
anak baru yang bersikap dingin itu, serumah dengannya. Tapi Lianka tetap bersikap
biasa, tidak peduli dengan sikap dingin Feriz. Namun Lianka mampu membuat Feriz
tersenyum berkali- kali pada saat mereka menghadiri ulang tahun Sabrina sebelum
Lianka pindah ke rumah neneknya.
Setelah pindah ke rumah Oma, Lianka tidak
melupakan Dyani, sahabatnya. Ia mengundang Dyani bermain ke rumahnya. Acara keliling
rumah Oma terhenti saat mereka tiba di depan sebuah kamar yang kata Mbok Kar,
asisten rumah tangga Oma, adalah kamar rahasia yang tidak boleh dimasuki. Tentu
saja Lianka penasaran. Lianka bertekad untuk mencari tahu apa yang ada di balik
kamar itu. Meski Oma Tin tahu ia masuk ke kamar itu, Oma tidak marah pada
Lianka. Padahal kalau yang masuk salah satu dari sepupu Lianka, Oma pasti marah
besar. Istimewanya perlakuan Oma terhadap Lianka itu juga menimbulkan tanda
tanya besar dalam benak Lianka. Perlahan rasa penasarannya terungkap. Tentang siapa
Oma, apa yang membuat Oma lebih menyayanginya, milik siapa kamar rahasia itu,
dan mengapa Oma mau menampung Feriz.
Oma sangat menyayangi anak laki- lakinya dan
kurang memperhatikan anak perempuannya. Sayangnya kini putra- putra kesayangan
beliau telah lebih dulu menghadap Sang Pencipta. Oleh karena itu, saat
mengetahui Lianka adalah cucu dari Bernard, putra keduanya, Oma Tin sangat
senang.
“dalam hidup ini tidak setiap hal dapat kita raih.”
(hal.97)
Rasa ingin tahu Lianka semakin terjawab
ketika suatu malam ia mendapati Feriz mimpi buruk. Tidak mungkin ia meninggalkan
cowok itu sendirian. Maka ia menemani Feriz juga mendengar Feriz mencurahkan
isi hatinya selama ini yang membuat cowok itu terus dihantui mimpi buruk. Ternyata
kejadian yang menimpa Feriz dan siapa cowok itu merupakan jawaban yang Lianka
cari.
Entah mengapa Lianka selalu senang berada di
dekat Feriz. Mereka sering belajar bersama. Apalagi Lianka sangat lemah di pelajaran
hitungan, Feriz akan mengajarinya dengan sabar. Tapi Lianka akan langsung
ngambek saat Prisil datang dan mencoba merayu Feriz. Ia juga langsung ketus
saat mengetahui Feriz keluar bersama Prisil.
Lianka tidak menyadari bahwa ia telah jatuh
cinta pada Feriz. Apakah Feriz hanya menganggapnya sebagai teman serumah? Lianka
tidak tahu.
Saat kenyataan mulai terungkap, Lianka
berusaha mendamaikan Oma Tin dengan anak- anak perempuannya dan cucu- cucunya. Berhasilkah
ia? Ikuti kisahnya di Rumah Beratap Bugenvil.
Ini kisah yang kompleks. Tidak hanya kisah
Lianka tetapi juga ada kisah kedua orang tuanya, saudara ayahnya, dan juga
kisah neneknya. Semua berawal dari kisah cinta yang tak sampai. Betapa menyakitkannya
kalau cinta itu harus terhalang karena tidak mendapat penerimaan. Setidaknya itulah
salah satu yang dapat saya tangkap dari kisah beberapa generasi itu.
Seperti
biasa, menikmati karya Mbak Agnes bukan menunggu di ending nya, tetapi lebih ke prosesnya. Novel ini cukup oke meski
bukan novel Mbak Agnes favorit saya (novel favorit saya Piano di Kotak Kaca,
Sepasang Peniti Perak, Peluang Kedua, Jejak Kupu- Kupu, Debu Bintang, mungkin
nanti nambah lagi. He he..) Tapi saya
tetap nyaman menikmati cerita ini dari awal hingga akhir. Cerita ini juga
menunjukkan bahwa hidup itu tidak pernah mudah terlebih bagi mereka yang selalu
dianggap berbeda. Well, bagi teman-
teman yang belum dan baru akan membaca, selamat membaca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar