Pengarang :
Angelia Caroline
Penerbit :
Gagasmedia
Tebal :
346 halaman
Sinopsis
:
Aku akan merindukanmu.
Tak
sedetik pun hatiku luput dari denyut perih karena kehilanganmu.
Kau tinggal terlalu sebentar, pergi terlalu
cepat. Seperti rahasia Ilahi lainnya yang tak benar- benar kumengerti,
terkadang aku bertanya- tanya mengapa Tuhan hanya memberi watu sedikit untuk
kita. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena sejak awal pun aku tak pernah
berusaha menghindari kebersamaan kita.
Aku akan merindukanmu.
Dan aku tahu, mulai hari ini, perasaan ini
akan senantiasa menyiksaku. Tapi tak apa, sungguh tak apa. Sakitnya masih tak
seberapa…ketimbang harus melupakanmu.
Review
:
Nathan harus meninggalkan Bali saat ia
disarankan oleh dokter disana untuk diperiksa si bagian onkologi (pengobatan
kanker). Julia, ibunya, segera menghubungi Anthony, ayah Nathan yang adalah
seorang dokter onkologi di Jakarta. Nathan tidak tahu bagaimana hidupnya
sekarang.
Tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta adik
tirinya kedengarannya bukan ide bagus. Lidya,ibu tiri Nathan, sangat
memperhatikan Nathan namun ia tidak peduli. Siapa yang akan rela kalau ayahnya
lebih memilih wanita baru dan meninggalkan keluarganya? Nathan tidak mau capek-
capek untuk bersikap manis terhadap Lidya.
Di sekolah barunya, Nathan harus meninggalkan
ekskul favoritnya. Ia tidak dianjurkan oleh kepala sekolah untuk bermain basket
agar tidak kelelahan. Ternyata kehidupan barunya di Jakarta tidak buruk- buruk
amat setelah ia bertemu dengan tiga orang yang menjadi sahabatnya. Marvin,
Brian, dan Tania. Mereka juga tidak meninggalkan Nathan saat akhirnya mereka
tahu penyakit yang diderita Nathan.
Selain sahabatnya, ada satu siswi yang
menarik perhatian Nathan, Kayla. Ia yang membantu Nathan saat cowok itu
menanyakan lokasi kelas. Nathan bertemu lagi dengannya saat Nathan diusir
keluar oleh guru Sejarahnya karena ia terus- terusan melihat ke luar. Ternyata
cewek itu masih duduk di koridor sambil membaca buku.
Saat-
saat bersama Nathan seperti ini selalu membuat hatinya terasa bahagia. (hal.
168)
Bersama Kayla, Nathan merasakan ada sesuatu
yang berbeda saat ia tengah bersama ahabat- sahabatnya. Kayla bukan gadis
biasa. Ia terasa begitu memahami Nathan. Bahkan ia tidak berkomentar banyak
saat melihat obat- obatan Nathan yang jatuh karena ia sudah tahu itu obat untuk
penderita leukemia. Kayla begitu pengertian. Ia yang menemani Nathan
menghabiskan waktu di kamar cowok itu saat Nathan sedang tidak masuk sekolah pasca
kemoterapi yang dijalaninya. Kayla juga yang menyemangati Nathan saat cowok itu
sudah menyerah pada penyakitnya.
Tiba-
tiba Kayla merasakan matanya sendiri menghangat. Semua ini terasa terlalu
singkat, sesingkat embun pagi yang hilang seiring naiknya matahari. (hal.
188)
Berbeda dengan Nathan yang tidak menyukai
Tara, adik tirinya, Kayla sangat akrab dengan Tara. Melihat hubungan yang tidak mengenakkan ini,
Tara bertekad untuk membantu memperbaiki hubungan Nathan dengan Tara.
Usaha Kayla tidak sia- sia. Kini Nathan tidak
lagi membenci Tara. Perlahan hubungan Nathan dengan ayah dan ibu tirinya juga
membaik. Sayangnya Kayla tidak pernah mengunjungi Nathan lagi. Padahal Nathan
sangat merindukannya. Berbagai momen telah mereka lewati bersama.
Mengapa Kayla tiba- tiba menjauhi Nathan? Ada
rahasia apa yang tidak diketahui Nathan? Ikuti yuk kisah dua remaja ini dalam
Tears in Heaven.
Sebagai pendatang baru dalam dunia novel,
saya mengakui ini debut yang oke banget dari Angelia. Ceritanya mengharukan
sekali dan twist nya oke punya. Tidak
sampai membuat saya menangis, memang, tapi cukup untuk membuat trenyuh sejenak
saat sampai di bagian itu *sensor supaya tidak spoiler*.
Tokoh- tokohnya (menurut saya) juga terlihat
alami. Jadi pas baca tidak merasa kaku sama karakter tokohnya. Hanya saja ada
beberapa bagian yang terlalu panjang yang – saya rasa – tidak perlu sehingga
sempat bosan sebentar. Untung ceritanya kembali lagi dengan pas, jadi kembali
menikmati ceritanya.
Selain itu, deskripsi yang diulang- ulang.
Misalnya saat penulis menjelaskan salah satu ciri khas Nathan yaitu bola matanya
yang berwarna kelabu kebiruan. Di beberapa bagian, deskripsi itu ditemukan
kembali sehingga terkesan diulang- ulang.
Selebihnya
oke. Pas dengan selera teenlit saya. Empat bintang buat Tears in Heaven.
Ditunggu ya karya selanjutnya J Novel ini saya rekomendasikan bagi teman- teman penyuka roman remaja. Selamat
membaca J
Uhhuk, Covernya kok baguss yaah kaya novel novel luar. Aku pertama liat ngiranya ini novel luar ternyata malah novel Indo yee :D
BalasHapusiyaa, samaa.. awalnya juga sempet ngira ini novel terjemahan..haha..pendatang baru lg..boleh dicoba, Nif :D
BalasHapuscovernyaa memang bagus kali ya membuat orang tertarikkk
BalasHapushaii..isinya lebih greget..heheh..
Hapusmisi, saya membuat sebuah film dari basis buku ini, mohon dilihat
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=EIEH8hWln1w