Pengarang : Dahlian
Penerbit : Gagasmedia
Tebal : 366 halaman
Sinopsis
:
Pengakuannya
membuatku merona. Dalam sesaat aku terpaku memandangnya… seolah dia hanya imaji
belaka. Bahwa semua ini hanya mimpi di suatu malam.
Seolah
tak mengerti kejengahanku, kejujuran demi kejujuran meluncur keluar dari
bibirnya. Tentang pujian tulusnya akan maknaku di hidupnya. Tentang harapannya
akan diriku yang hadir di hidupnya selamanya.
Aku
belum cukup mengenalnya. Aku tak pernah memikirkannya. Jadi, bagaimana caraku
mengatakan yang sebenarnya, bahwa perasaanku dan perasaannya tidak berada di
garis yang sama?
Review
:
Tania merasa
harinya buruk sekali. Baru selesai bertengkar dengan pacarnya, Hendrik, ia
malah ditabrak oleh seorang om yang menurutnya tidak bisa menyetir dengan baik.
Akibatnya mobilnya lecet. Pria itu tampaknya buru- buru tetapi khawatir akan
kondisi Tania sedangkan perempuan itu asyik mengomel tidak jelas.
Reza, pria
yang – tanpa sengaja – menabrak mobil Tania, sedang dikejar waktu sehingga
setelah memastikan bahwa kondisi Tania baik- baik saja, ia segera membuka cek sebagai ganti rugi kerusakan mobil dan memberikan
perempuan itu kartu namanya kemudian pergi.
Seolah tidak
peduli, Tania malah merobek cek itu kemudian pulang. Sesampainya di rumah, seolah
melengkapi kesialannya, Ayah Tania malah menyuruhnya untuk makan malam bersama
sahabat sekaligus dokter di rumah sakit Ayah Tania, dr. Mahendra. Dan ini
bukan makan malam biasa. Tania akan dijodohkan dengan anak dr. Mahendra. Mendengar
hal ini membuat emosi Tania meluap ke permukaan. Tentu saja ia tidak akan
setuju. Ditambah dengan hubungannya dengan Ayahnya yang tidak pernah akur
membuat Tania malas untuk meladeni Ayahnya.
“Nggak ada yang Tania
pilih! Ini hidup Tania, bukan hidup Papa! Kalau Papa begitu khawatir dengan
rumah sakit, Papa saja yang menikah dengan anak Dokter Mahendra! Atau, kalau
perlu, serahkan saja rumah sakit itu sama dia sekarang juga!” - hal. 13
Maka Tania kabur
dari rumah untuk menghindari acara perjodohan itu. Meski baru bertengkar dengan
Hendrik, tidak ada tempat lain yang bisa Tania tuju. Perempuan itu memutuskan
untuk pergi ke rumah pacarnya. Namun Hendrik terlihat biasa saja bahkan
mengacuhkan Tania. Mengapa Hendrik sama sekali tidak khawatir pada Tania? Ada apa
sebenarnya? Perasaan tidak enak itu akhirnya terjawab saat Tania menangkap
basah Hendrik tengah berselingkuh. Tidak hanya itu, Hendrik juga mengusir Tania
dari rumah pria itu.
Hati Tania seakan
tercabik- cabik. Sakit sekali. Dengan rasa kehilangan, Tania mengepak kembali
barang- barangnya ke dalam koper dan keluar dari rumah Hendrik. Kini ia benar-
benar tidak punya tempat tujuan lagi. Mau kembali ke rumah, ia terlalu gengsi,
juga ia masih kesal pada Papanya. Uang di dompetnya juga sudah hampir habis.
Satu-
satunya cara agar ia dapat bertahan hidup adalah dengan menjual kalung berlian
milik mendiang Ibunya yang menempel di lehernya. Meski berat, Tania tidak punya
pilihan. Saat itu, pria yang menabraknya tempo hari muncul, menawarkan bantuan untuk mengangkat
koper Tania yang terjatuh. Setelah mengingat siapa pria itu, ide cemerlang
terlintas di benak Tania. Ia tidak perlu menjual kalung warisan Ibunya lagi. Ia
akan meminta pertanggungjawaban dari pria itu.
Reza keheranan
melihat permintaan Tania. Tapi ia mengiyakan juga pada akhirnya. Jadilah Tania
tinggal bersama Reza di apartemen pria itu. Melalui interaksinya dengan Reza,
Tania tahu bahwa Reza ternyata adalah seorang dokter bedah. Astaga, mengapa
hari- harinya harus dipenuhi oleh dokter?
“Papa tahu kamu menyalahkan Papa atas meninggalnya
Mama. Kamu boleh benci sama Papa, tapi jangan biarkan kebencian kamu
menghalangi kebahagiaan kamu.” – hal. 325
Ketidaksukaan
Tania terhadap Ayahnya membuat ia tidak menyukai dokter juga. ia mengganggap
Ibunya tidak pernah bahagia karena waktu Ayahnya tersita di rumah sakit. Juga ketika
Ibunya sedang sakit. Semua itu menimbulkan kebencian di hati Tania. Kini saat
ia memiliki kesempatan untuk jauh- jauh dari Ayahnya, ia malah tinggal bersama
seorang dokter pula. Dunia sungguh sempit.
Gaya hidup
Reza berbanding 1800 dengan Tania. Reza sangat rapi, pola makannya
sehat, dan bersih. Tania mengganggapnya aneh. Tidak boleh ini juga tidak boleh
itu. Menurutnya hidup Reza terlalu membosankan. Ditambah dengan suasana
apartemennya yang didominasi oleh warna putih. Sama sekali bukan tipe Tania.
Tapi masa
bodoh. Kini Tania harus berusaha untuk mendapatkan Hendrik kembali. Ya, ia
tidak rela kalau pacarnya direbut oleh perempuan lain. Rencana Tania tidak
selalu berhasil. Dan saat hatinya kembali terluka, Reza selalu ada di
sampingnya, meskipun dokter tampan itu sering menyebalkan, ia bisa membuat
Tania tenang dan damai. Perlahan Tania merasa nyaman tinggal bersama Reza. Astaga,
ia mulai memikirkan pria itu.
Hingga saat
Hendrik kembali dan meminta Tania untuk kembali padanya, Tania goyah. Apakah ia
sudah jatuh cinta pada Reza? Dapatkah ia memaafkan Reza saat kebohongan yang
ditutupi Reza terungkap? Ikuti kisah selengkapnya dalam Andai Kau Tahu.
“Setiap orang punya
cara sendiri dalam mencintai.” – hal. 215
Akhirnya saya bisa membaca karya Dahlian
lagi. Masih sama seperti novel- novel sebelumnya (Promises, Promises: Mencintaimu Sekali Lagi dan Menunggu- novella), novel yang satu ini menyajikan kisah roman yang bisa kita
tebak tapi dibangun dengan begitu baik oleh pengarang. Setiap adegan ditulis
dengan rapi dan pas. Kalimat- kalimatnya bisa menyatu dengan emosi pembaca. Seperti
pada tiap perhatian yang diberikan oleh Reza pada Tania bisa membuat pembaca
turut merasakan kehangatannya, juga saat ada bagian Tania- Hendriknya, pembaca
juga ikutan kesal.
Mengenai
tokoh favorit, Reza pemenangnya. Sosoknya dewasa dan setia. Ia tipe pria yang
pengertian dan mampu menghadapi Tania. Bahkan ia bersedia untuk menuruti
keinginan Tania padahal seleranya berbeda jauh dengan Tania. Yakin deh cewek-
cewek pasti pada meleleh kalau sudah kenal dengan dokter yang satu ini.
Saya
menyukai novel ini, semuanya. Tidak hanya pada alur cerita dan tokohnya tetapi
juga gaya penulisannya sehingga saya tidak ragu untuk memberikan empat bintang.
Plus desain sampulnya yang klasik. *Gagas
juaranya kalau soal yang satu ini*.
Oke,
promosinya cukup sampai disini. Bagi teman- teman yang belum membacanya, novel
ini bisa menjadi rekomendasi dari saya untuk teman- teman. Selamat membaca J
It seem nice to me.The plot is simple and easy to understand.
BalasHapusyeah..one of my favourite author..like this simple story so much :)
HapusGan tau amanatnya gak?
BalasHapuspunya ebook nya gak? mauu dong
BalasHapusnggak ada nih. saya baca buku fisiknya :)
Hapusada yg berminat jual bukunya ga ? susah bgt cari buku ini, penasaran bgt pengen baca
BalasHapus