Pengarang :
Winna Efendi dan Yoana Dianika
Penerbit :
Gagasmedia
Tebal : 304 halaman
Sinopsis :
Long Time No See
Suaramu
seperti embusan udara segar saat terdengar di gagang telepon.
Apa
kabarmu, Teman? Semoga waktu memperlakukanmu dengan baik.
Oh
ya, tentu saja aku juga kangen padamu. Bahkan, sampai detik ini, kau selalu ada
di speed dial handphone-ku – dan juga
hatiku.
Miss You Like Crazy
Banyak
yang ingin aku ceritakan padamu saat bertemu nanti.
Tentang
teriknya matahari, tentang indahnya rembulan, tentang ceritaku yang terjadi di
antaranya.
Wish You Were Here
Tahukah
kamu, sampai kau kembali lagi, akan selalu ada dua kursi di teras rumahku? Dan setiap
sore, aku duduk di sana, membaca buku dan menunggu. Aku ingin, saat kau datang
nanti, akulah orang yang pertama kali kau temui. Yang berlari ke arahmu sambil
memekik senang.
Menjadi orang pertama yang akan memberimu pelukan
selamat datang….
Review :
Berbeda dengan
Gagasduet sebelumnya yang saya baca (Menunggu), Gagasduet yang satu ini terdiri
dari dua novella yang saling berhubungan. Judulnya diambil dari nama tokohnya,
yaitu Alice dan Catherine. Keduanya pribadi dengan perbedaan yang mencolok. Uniknya,
perbedaan itu menyatukan mereka sebagai sahabat. Al cenderung diam dan kalem sementara Cat yang
lebih berani.
Cerita pertama dimulai
dari Al. Ia mengenal Cat saat duduk di bangku SMP (junior high). Al yang sering dihina dan dipermainkan suatu hari
dibela oleh Cat. Sejak itu mereka berteman kemudian menjadi sahabat. Hari- hari
mereka lalui dengan indah di Belfast, kota kecil tempat mereka tinggal.
Hingga suatu hari,
Gregg, guru sejarah mereka, memberi tugas kelompok untuk membuat Historical Project versi mereka. Tentu saja
Al sekelompok dengan Cat. Yang menjadi kejutan ialah murid baru yang menawarkan
diri untuk bergabung dalam kelompok Al- Cat. Namanya Julian. Segera saja mereka
menjadi akrab. Ditambah dengan tugas yang sedang mereka kerjakan membuat mereka
seolah tidak terpisahkan.
Sayangnya, Al dan Cat
jatuh hati pada cowok yang sama. Cat tidak tahu perasaan Al. Julian sendiri
menyukai Cat. Dan mereka berpacaran. Namun kesalahpahaman terjadi sehingga
hubungan mereka bertiga retak. Apakah segalanya dapat kembali seperti sedia
kala? Bagaimana persahabatan yang sudah terjalin kuat antara Al dan Cat, juga
kisah cinta Jul dengan Cat? Ikuti kisah mereka bertiga selengkapnya di Truth or
Dare ya.
Cat… Bagiku, persahabatan adalah
satu- satunya hal yang tidak pernah mati di dunia. Saat semua berubah, hanya
persahabatan yang tidak berubah. Cat, persahabatan kita tidak pernah berubah. Hanya
perasaan dan emosi kita saja yang berubah, berjalan beriringan dengan
persahabatan yang kita bentuk. (hal. 297-298 ;
Al)
Yak, review novel yang
satu ini cukup singkat. Secaranya ceritanya (sedikit) bersambung di bagian
akhir Alice dan di bagian awal Catherine. Saya cukup tertarik dengan Alice-nya
Mbak Winna. Persahabatan yang manis. Sayangnya di novella kedua, Catherine,
saya merasa agak biasa saja, mungkin karena terkesan mengulang. Ceritanya hampir
sama hanya saja dikisahkan dari sudut pandang yang berbeda, oleh Catherine.
Selain itu, entah
mengapa, saya malah nempel terus sama Al. Jadinya pas baca dari sudut pandang
Catherine, yang muncul itu malah Al. Setting
ceritanya dominan di Belfast Maine, sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Cukup
menarik bisa mendapat pengetahuan baru. Serasa baca novel
terjemahan karena settingannya di
luar. He he..
Selama mengikuti cerita
yang diperinci di novella kedua, saya merasa biasa. Namun ending yang disajikan membuat saya puas. Penuturannya apik. Ceritanya
ditutup dengan baik.
Salah satu pelajaran yang
dapat kita ambil dari kisah Al- Cat adalah, manfaatkan kesempatan yang ada
sebaik mungkin. Jangan menunggu terlalu lama atau semuanya akan terlambat. Jika
demikian, penyesalan lah yang menghampiri.
Well,
ini salah satu kisah pahit manis persahabatan yang bagus. Bagi teman- teman
yang menyukai cerita yang dibalut dengan tema persabatan, novel ini cocok
menjadi pilihan. Selamat membaca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar