Pengarang :
Alexandra Leirissa Yunadi
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 367 halaman
Saya mengetahui novel ini sudah
lama. Namun baru dibeli pas tahun baru kemarin. Dengan harga miring tentunya. He
he.. Melihat dari judulnya pasti banyak yang beranggapan novel ini bercerita
tentang Bidadari Santa Monica atau sedikitnya wanita cantik dengan setting di Santa Monica (memang sih setting awalnya di Santa Monica). Ternyata
tidak. Isi ceritanya itu tentang kisah percintaan dua insan yang harus berakhir
dengan perpisahan. Sedihnya. Buat teman- teman yang menyukai novel yang sad ending, novel ini bisa menjadi salah
satu pilihan.
Sebelumnya, kenalan dulu ya sama
beberapa tokoh yang muncul di novel ini :
1. Pelita
Ini dia nih
tokoh utama ceweknya. Pelita merupakan ilustrator yang bekerja pada sebuah
majalah. Pekerjaannya juga merangkap sebagai reporter. Karena tugas meliput
inilah, Pelita bertemu dengan Efraim dalam keadaan yang tidak disengaja. Pelita
suka menggambar dan ia sangat berbakat. Orangnya
apa adanya. Rada pemikir juga.
2. Efraim
Penulis ‘menciptakan’
tokoh ini dengan sangat sempurna. Rasanya terlalu sempurna malah. Tampan,
mapan, dan perhatian. Lengkap. Efraim memiliki butik dan ia adalah importir
pakaian dengan merek kelas atas. Tampaknya pembaca akan dengan sangat mudah
menyukai tokoh yang satu ini. ia sangat gencar mengejar Pelita (beruntung
sekali ya si Pelita).
3. Bidadari
Santa Monica
Seorang pengamen
cantik di Santa Monica. Menyebut dirinya sebagai Bidadari Santa Monica. Petikan
harpanya selalu berhasil membuat Pelita menitikkan air mata. Dalam kisah ini,
ia muncul sesekali, seperti interlude
namun ia juga yang memberikan kejutan pada akhir cerita nantinya.
4. Niki
Ia adalah
sahabat terbaik Pelita. Selalu siap mendegarkan curahan hati Pelita. Selalu mendukung
Pelita dari awal hingga akhir.
5. Mentari
Kakak Pelita
yang satu ini paling mudah untuk tidak disukai. Sikapnya yang berlebihan. Berbeda
dengan Pelita yang apa adanya, kakaknya ini ada apanya. Penampilannya juga
berbeda jauh dengan Pelita. Ia sering memandang rendah Pelita.
6. Mamanya
Efraim
Overprotective. Kata itu cukup untuk
menggambarkan kasih sayang seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Mama Efraim
sangat selektif memilih calon menantu buat anaknya. Dan tentu saja dengan
selera dan standarnya yang tinggi, dengan cepat ia langsung tidak menyukai
Pelita saat pertama mereka berjumpa.
7. Pak
Ian
Pak Ian adalah
bosnya Pelita yang ternyata seorang gay.
Gara- gara Pak Ian jugalah Pelita sempat menyangka bahwa Efraim juga sama
seperti Pak Ian.
Nah, itu dia orang-
orang yang akan setia menemani kita dalam perjalanan cinta Efraim dan Pelita. Well, kepanjangan ya. Ini dia review tentang novel ini.
Pelita mendapat
tugas meliput di Santa Monica, Amerika. Setiap hari, entah mengapa, ia selalu
berhenti di depan seorang pengamen cantik yang akrab disapa Bidadari Santa
Monica. Den setiap kali mendengar petikan harpa dan lagu yang dinyanyikan, hati
Pelita serasa disayat- sayat. Pelita juga sangat terpesona pada bidadari yang
satu ini. Dengan mata biru kehijauan yang sangat indah dan rambut berwarna
merah, pengamen itu selalu terbayang- bayang di benak Pelita.
Hingga suatu
hari Bidadari Santa Monica memanggil nama Pelita dengan baik. Pengamen ini juga
tahu arti namanya. Aneh. Tidak sampai di situ, pengamen ini juga menaiki
pesawat yang sama dengan Pelita. Tepat di samping Pelita pula.
Wanita ini
begitu antusias terhadap kisah hidup Pelita. Dan Pelita pun tidak dapat untuk
tidak menceritakan kepada pengamen cantik ini.
Kisah dimulai
ketika Pelita salah mewawancarai orang. Seharusnya ia mewawancarai aktris pemeran
serial TV, Arlika. Namun karena Arlika sangat sibuk, Pelita berniat untuk
mewawancarai lawan mainnya, Riva. Pelita hanya tahu bahwa Riva ialah sosok yang
tampan tetapi ia sendiri belum pernah melihat Riva. Oleh karenanya, ketika
seorang pria tampan lewat, Pelita langsung menyetopnya dan mewawancarainya. Barulah
setelah Riva yang asli datang, Pelita menyadari bahwa ia telah salah sasaran. Inilah
awal pertemuan yang lucu dengan Efraim, pria tampan yang (salah) diwawancarai
oleh Pelita.
Dan Efraim mulai
tertarik pada Pelita. Demi mendekati Pelita, Efraim mengadakan kerjasama antara
butiknya dengan majalah Pelita yang rupanya bos Pelita ialah Pak Ian, sahabat
Efraim sejak kecil.
Proses pedekate
Efraim- Pelita seru juga. Ada lucunya. Di satu sisi, Efraim yang sudah
memancarkan sinyal cinta namun tidak ditangkap dengan jelas oleh Pelita karena
Pelita sendiri – yang tergila- gila sama Efraim- sibuk memikirkan apakah Efraim
suka padanya dan juga kesimpulan yang Pelita tarik sendiri bahwa Efraim adalah
seorang gay.
Kehadiran kakak
Mentari yang menyebalkan juga menambah manis perjalanan cinta Pelita dan
Efraim. Saat keduanya sudah berpacaran dan Efraim mengenalkan Pelita ke
mamanya, masalah muncul. Mamanya Efraim tidak menyukai Pelita. Berbagai sindiran
ia lontarkan kepada Pelita. Namun Pelita mencoba untuk bersabar. Ketika berbincang-
bincang mengenai lukisan di kamar Efraim, mama Efraim, yang tidak menyangka itu
adalah karya Pelita, sangat menyukai lukisan itu. Efraim pun berniat menghadiahi
mamanya lukisan Pelita yang rencananya akan dibuka di pesta ulang tahun mamanya
nanti.
Gawat! Pelita mulai
stres. Di tengah- tengah usahanya untuk menghasilkan yang terbaik, Pelita mulai
menyerah. Namun selalu ada semangat dan dorongan dari Efraim. Hingga suatu hari
ketika Pelita terlibat perdebatan mengenai kado lukisan itu dengan Efraim. Pelita
tidak dapat menyelesaikan lukisan itu. Ia kehabisan cat birunya. Tidak tahan
lagi, Pelita keluar dari mobil tunangannya itu dan lari. Ia tak sengaja
menabrak seorang preman. Demimelindungi Pelita, Efraim ditusuk. Pelita segera
mencari pertolongan. Namun Efraim tidak terselamatkan. Pelita sangat terpukul. Semenjak
itu Pelita melewati hari- harinya dengan enggan. Tanpa rasa.
Lalu, bagaimana
akhir kisah menyedihkan ini? Apakah hubungan Bidadari Santa Monica dengan
mereka berdua? Hmmm...... silahkan dibaca sendiri ya novelnya J
Menurut saya....
Saya lumayan
suka dengan novelnya. Idenya oke. Hanya saja saya kurang nyaman ketika membaca
pada bagian depannya. Terlalu banyak tanda serunya. Untunglah semakin ke belakang
semakin jarang.
Ada juga satu
bagian dimana Pelita asyik dengan pikiran dan pendapatnya sendiri tentang pria
pujaannya yang adalah gay. Pelita jadi
menjaga jarak dengan Efraim. Lah, tinggal ditanyain ke cowoknya, beres toh? Bagian ini yang bikin gemes. Menurutku
kepanjangan.
Mengetahui cinta
yang tidak bersatu membuat saya ikut bersedih. Bayangkan jika ada Pelita
beneran (mungkin saja bisa terjadi hal seperti ini), pasti rasa bersalah dan
kehilangan yang mendalam itu ada. Untaian cinta yang te,ah terucap. Waktu yang
telah dilewati bersama tidak akan pernah cukup. Bahkan kata ‘singkat’ pun masih
terlalu singkat untuk kebersamaan ini.
Di belakang buku
Buat Pelita,
hidup ini bagaikan kepingan penuh warna. Dan Efraim-lah pemberi warna hidupnya.
Namun karena Efraim juga, Pelita terperangkap dalam warna abu- abu: remuk hati
berkepanjangan.
Lalu dia bertemu
dengan pengamen cantik di Santa Monica, Amerika. Konon, orang- orang memanggil
gadis itu dengan julukan Bidadari Santa Monica. Pelita terpesona pada sang
bidadari. Mendatanginya setiap hari, mendengarkan lantunan lagu dan petikan
harpanya dalam derai air mata, sambil tak henti- henti mengaguminya.
Lalu, pada hari
yang ketujuh...
"Pelita!" dengan fasih, bule jelita itu menyebut
namanya. "That’s your name right?"
Pelita terkesima. Tak mengerti bagaimana mungkin bidadari
cantik itu mengetahui namanya. Nama yang bahkan terasa asing saat diucapkan
lidah bule seperti pengamen itu. Tapi tak hanya itu...
"See you later,
Little Shine...," bahkan gadis cantik yang tak mungkin bisa bahasa
Indonesia itu menyebutkan arti dari namanya.
Pelita pun mulai mereka-reka, siapa gadis bermata biru
itu sebenarnya? Mengapa bidadari itu begitu tertarik pada masa lalunya? Dan...
apa sebenarnya hubungan pengamen cantik itu dengan Efraim?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar