Seperti
biasa, saya mau bagi- bagi bacaan buat teman- teman. Kali ini novel yang saya
baca tidak seperti biasa seperti Metropop, Teenlit, ataupun buku- buku lainnya.
Novel yang saya review kali ini
berbau thriller. Judulnya sama seperti
judul postingan saya. Novel ini (lagi- lagi) saya beli atas rekomendasi dari
teman kantor.
Cerita
diawali dengan kedelapan (dua lagi sudah tiba duluan) tamu yang sedang berada
dalam perjalanan mereka ke Pulau Negro atas undangan Mr. Owen. Masing- masing
dari mereka sibuk dengan pikiran dan kebanyakan dari mereka merasa senang bisa
mendapat undangan ke pulau tersohor yang tengah menjadi berita hangat di media
massa.
Semuanya
tiba dengan selamat dan bergembira. Namun kegembiraan mereka tidak berlangsung
lama. Suasana berubah mencekam setelah piringan hitam yang diputar menuturkan
kejahatan yang telah diperbuat oleh kesepuluh orang ini.
Edward
George Armstrong
Emily
Caroline Brent
William
Henry Blore
Vera
Elizabeth Claythorne
Philip
Lombard
John
Gordon Macarthur
Anthony
James Marston
Thomas
Rogers & Ethel Rogers
Lawrence
John Wargrave
Itulah
daftar nama- nama tamu Mr. Owen. Masing- masing memiliki kesalahan yang mereka
perbuat. Akan tetapi mereka mengelak. Suasana bertambah ngeri lagi ketika salah
satu dari mereka, Marston, meninggal secara tiba- tiba. Kematian terus berlanjut
hingga mereka beranggapan bahwa ada pembunuh di Pulau Negro. Namun mereka baru
sadar bahwa pembunuh tersebut ialah salah satu di antara mereka bersepuluh
setelah mereka mengetahui bahwa tidak ada orang lain di pulau itu.
Semuanya
diliputi rasa cemas dan takut seketika. Mereka berencana untuk meninggalkan
pulau tersebut keesokan paginya. Sayangnya mereka kurang beruntung karena
perahu yang mereka harap tidak pernah datang. Cuaca pun sedang buruk. Kematian berlanjut
lagi.
Serunya,
cara mereka meninggal persis seperti sajak Sepuluh Anak Negro.
Sepuluh anak Negro makan malam,
Seorang tersedak, tinggal sembilan.
Sembilan anak Negro bergadang jauh
malam,
Seorang ketiduran, tinggal delapan.
Delapan anak Negro berkeliling
Devon,
Seorang tak mau pulang, tinggal
tujuh.
Tujuh anak Negro mengapak kayu,
Seorang terkapak, tinggal enam.
Enam anak Negro bermain sarang
lebah,
Seorang tersengat, tinggal lima.
Lima anak Negro ke pengadilan,
Seorang ke kedutaan, tinggal empat.
Empat anak Negro pergi ke laut,
Seorang dimakan ikan herring merah,
tinggal tiga.
Tiga anak Negro pergi ke kebun
binatang,
Seorang diterkam beruang, tinggal
dua.
Dua anak Negro duduk berjemur,
Seorang hangus, tinggal satu.
Seorang anak Negro yang sendirian,
Menggantung diri, habislah sudah.
Semuanya
lenyap pada akhirnya. Tiada satu pun yang tersisa. Apakah ada sarang lebah di
pulau Negro? Bagaimana seseorang meninggal hanya karena tersedak? Kapan munculnya
kebun binatana padahal tidak ada apapun di pulau? Merunut dari sajak di atas, teman-
teman tidak akan menyangka dan menduga siapa otak dibalik pembunuhan berantai
ini. Luar biasa ide si pengarang. Sayangnya sebelum membaca, saya sudah
mendapat sedikit bocoran dari mama dan adik saya yang sibuk membahas cerita ini
setelah mereka duluan selesai membaca novel ini.
Satu
hal yang sama pada kesepuluh korban, mereka semua memiliki kasus yang tidak
terjamah hukum. Penasaran? Silahkan kunjungi toko buku dan bawa pulang novel
yang satu ini. Dijamin oke! J
Seperti
biasa, intip juga bagian belakang sampul ya..
Sepuluh
orang diundang ke sebuah rumah mewah dan modern di Pulau Negro, di seberang
pantai Devon. Walaupun masing- masing menyimpan rahasia, mereka tiba di pulau
itu dengan penuh harapan, pada suatu sore musim panas yang indah.
Tetapi
tiba- tiba terjadi serentetan kejadian misterius. Pulau itu berubah menjadi
pulau maut yang mengerikan. Panik mencekam orang- orang itu ketika mereka
meninggal satu demi satu... satu demi satu...
Novel Agatha Christie yang paling
mencekam dan menegangkan!
Cerita detektif tanpa detektif!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar