Daftar Review

Selasa, 09 Desember 2014

Best Rival - Naima Knisa


Judul                : Best Rival

Pengarang       : Naima Knisa


Penerbit          : GagasMedia


Tebal               : 244 halaman


Sinopsis :
Ini adalah kisah tentang teman jadi lawan.
Bisa jadi, kamu juga mengalaminya.
Atas semua yang kamu miliki, ia tidak bahagia. Atas semua yang kamu lakukan, ia tidak peduli. Padahal, dulu, kalian pernah berjanji untuk berjalan bersisian, menuju impian yang sama.
Ya, Estu, ini kisah kau dan aku. Aku yang bukan “siapa- siapa” menjadi titik lemahku bagimu. Begitukah?
Maaf, aku tidak selemah itu. Aku belajar banyak dari kecuranganmu selama ini. Belajar untuk bisa menjadi lebih daripada dirimu.
Tenang saja, waktu akan menjawab “siapa aku, siapa kamu”.
Juga tentang siapa teman, siapa lawan.

Review :
Hidup dalam kelas yang berbeda dengan Raden Mas Pangestu Bumi,Estu, telah membuat Kuncoro Respati Wijaya tumbuh menjadi pribadi yang ambisius dan keras. Berbeda dengan Estu yang terlahir di keluarga keraton, orangtua Kuncoro hanyalah abdi dalem dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Sejak itu, Kuncoro bertekad untuk menjadi seorang yang sukses dan dikenal.

Benar kata Bapak, hidup apa adanya, bersama orang yang kita cintai itu suda lebih dari cukup. (hal. 219)
Hal itu terwujud saat ia menjadi chef di restoran Omah Jawa, restoran yang didirikan oleh Pak Kamil, Ayah kekasihnya yang bernama Gendis. Restoran yang menyajikan makanan khas Solo itu selalu ramai. Hingga tahun keempat, restoran mulai sepi. Pelanggan mulai beralih.

Ternyata Estu kembali ke Solo dan mengambil alih restoran di hotel ayahnya. Masakannya lebih enak dari masakan Kuncoro. Kuncoro yang mengetahui hal itu lalu emosi. Ia tidak terima, terlebih yang lebih sukses kini adalah Estu, mantan sahabat masa kecilnya yang sudah ia anggap sebagai musuh.

Kebencian Kuncoro terhadap Estu bermula saat Kuncoro gagal mengikuti seleksi beasiswa untuk bersekolah di Perancis. Ada lima orang yang mendapat beasiswa itu. Kuncoro berada di posisi keenam sedangkan Estu berada di posisi kelima. Kuncoro merasa ia dicurangi padahal Estu sedang menimba ilmu di Jakarta. Kebenciannya bertambah.

Kembali ke masa kini. Kuncoro yang disulut api amarah itu mulai menggunakan cara yang menyimpang. Ia menyuruh Gendis untuk memata- matai Estu. Namun tidak mendapat hasil apa- apa. Kuncoro tidak menyerah. Sekarang ia malah menganggap bahwa Estu menggunakan kekuatan supernatural untuk melancarkan usahanya.

Restoran yang semakin sepi membuat Kuncoro bergerak lebih cepat. Ia akhirnya mendatangi makam Nyai Menggung Gandarasa, salah satu juru masak keraton di tahun 17 Masehi yang sangat lihai dalam memasak dan menilai makanan, untuk meminta berkah.

Dengan usaha yang semakin lama semakin mengerikan, mampukah Kuncoro mempertahankan restoran? Apakah Kuncoro menerima tawaran Estu untuk bersahabat kembali? Ikuti kisah  mereka dalam Best Rival.

“Memasak itu seperti seni, kita sebagai seniman selalu memiliki ciri khas masing- masing. Seperti seorang pelukis, cat air kita bermerek sama, kuas kita juga, bahkan cara menggoreskannya di atas kanvas juga sama! Tapi, apa kamu pernah melihat lukisan yang sama persis?” (hal.228)

sin level of Best Rival

Hoaaah….emosi bacanya. Emosi sama Kuncoro. Karakternya itu benar- benar mengesalkan. Ambisinya membuat Kuncoro menjadi jahat. Berbanding terbalik dengan Estu yang baiknya itu loh. Meski diperlakukan dengan tidak adil oleh Kuncoro, ia tetap berbesar hati dan mengganggap Kuncoro sahabatnya.

masih dengan pembatas bukunya yang unyu
Dilihat dari sin levelnya, Kuncoro dipenuhi oleh nafsu (lust) meski sebenarnya sifat amarah serta iri dan cemburunya lebih besar. Karakter inilah yang sukses digali oleh penulis sehingga pembaca dapat turut merasakannya. Sayangnya typo yang terdapat dalam novel ini cukup banyak sehingga terasa kurang nyaman saat membaca novel ini.

Endingnya bikin kaget membuat saya semakin tidak menyukai Kuncoro *berhenti ngetik di bagian ending agar tidak spoiler*

Secara keseluruhan, tokoh utama dalam novel ini sangat mewakili 7 Deadly Sins yang memang difokuskan pada karakter yang tidak sempurna (dan bikin kesal). Selain  typo, saya merasa ini debut yang baik dari Mbak Naima Knisa. Semoga novel berikutnya bisa lebih baik lagi. 3 dari 5 untuk Kuncoro yang sadis.

4 komentar:

  1. itu kover belakangnya kayaknya salah deh :))
    di Tumblr penulisnya, dia bilang kalau buku ini mengambil dosa iri hati (envy)

    http://imakecil.tumblr.com/post/96518195020/kuis-best-rival

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kan? envy-nya lebih gede..pas baca juga berasa gitu..tapi si Kuncoro sepertinya hampir tujuh dosa itu semua dia ada ya :p

      btw, makasih ya udah berbagi info ^^

      Hapus
  2. aku blm baca ini.. baru baca beautiful liar, dulu awal tau deadly sins kirain buku atau panduan kerjaan yg dikejar deadline *apaan sih eh pas baca review erta yg BL trs aku baca novelnya ternyata lumayan seru yaa.. penasaran sama best rival deh.. hahaha.. (panjang yaaaa,, komennya :p)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..ada kompetisinya hari itu, Mbak..hehe..
      iya, BL seru..menurutku ya, BR ini kurang greget..byk typo dan bagian yang berulang..hehe..mau pinjem, Mbak? bier pas kopdar nanti dibawa *lokeran sama novel Bang Chris ceritanya XP*

      Hapus