Pengarang : Dee
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tebal :
162 halaman
Sinopsis :
“Apa rasanya sejarah hidup kita berubah
dalam sehari?
darah saya mendadak seperempat
Tionghoa,
nenek saya ternyata tukang roti, dan
dia,
bersama kakek yang tidak saya kenal,
mewariskan anggota keluarga yang tidak
pernah saya tahu:
Madre”
Terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa
pendek, Madre merupakan kumpulan
karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan
berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan
janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi
dan kemerdekaan sejati.
Lewat sentilan dan sentuhan khas
seorang Dee, Madre merupakan etalase
bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.
Setelah berhari- hari
buku ini terpampang manis di meja kamar saya, akhirnya giliran Madre tiba juga.
Madre merupakan karya Dee yang saya baca. Melihat sampulnya yang bergambar
bangunan- bangunan bernuansa Eropa klasik membuat saya teringat ilustrasi rumah
zaman colonial di Indonesia dulu. Dan saya pun pikir ceritanya mengenai kisah-
kisah klasik di tahun 1920an. Rupanya bukan.
Kalau dirawat dengan
benar, banyak hal di dunia ini yang makin tua makin berharga. Makin hidup dan
malah makin enak – pg. 20
Seperti judulnya, Madre menjadi kisah pembuka kumpulan
prosa dan puisi karya Dee yang satu ini. Dan saya mendapat kejutan. Madre bukanlah
nama kota ataupun nama orang. Madre diambil dari bahasa Spanyol yang berarti
ibu. Madre ialah setoples biang kue yang diwariskan kepada Tansen, seorang
pemuda yang hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat setelah mengetahui
silsilah keluarganya. Ternyata ia seorang keturunan artisan. Artisan ialah ahli
pembuat kue profesional dengan skill
manual yang kuenya dibuat dengan tangan. Berbekal bantuan dari Pak Hadi,
karyawan yang tinggal di dalam Tan de Bakker, toko roti yang sudah tutup itu,
dan empat karyawan lain, mereka membangkitkan kembali bakery itu. Dengan Madre sebagai ibu dari semua roti. Plus peri
cantik bernama Mei yang menjadi pelanggan pertama roti mereka.
Selain Madre, ada kisah
Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan
yang menceritakan tentang filosofi cinta dan Tuhan. Menunggu Layang- Layang yang bercerita tentang perjalanan cinta Starla
dan Christian. Dan kisah- kisah menarik lainnya yang dapat kita temukan dalam
buku ini.
Mengenai puisi, ada
yang bercerita tentang ibu, kelahiran dan keabadian, dan cinta. Tidak semuanya
saya mengerti karena biasanya saya jarang baca puisi. Apalagi ini bahasanya
cukup dalam. Tapi oke. Penulisannya apik dan unik. Satu lagi penulis yang
memiliki ciri khas. Bagi teman- teman yang belum membaca, buku ini boleh
menjadi bacaan. Apalagi bagi yang suka baca puisi. Totalnya ada 13 karya yang
terangkum di dalam Madre ini.
Selamat membaca ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar